Chanyeol memarkirkan mobilnya terburu-buru di depan rumah besarnya, dengan tergesa turun dan melangkah lebar berjalan masuk hendak menuju ruang kerjanya dan mengambil berkas yang dibutuhkan

Berkali-kali pria bermarga Park itu melihat jam tangannya, khawatir membuat kolega bisnisnya menunggu terlalu lama, pria itu berjalan gusar menuju ruang kerja sebelum langkahnya terhenti tepat di depan kamar tidurnya

Chanyeol terdiam mengernyit heran merasa ada yang salah ketika ia mendengar suara tidak senonoh dari dalan kamarnya membuat pria itu terdiam untuk beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan untuk mendekat, terdiam di depan pintu dan terhenyak ketika suara desahan yang bersahutan terdengar begitu jelas di telinganya dan Chanyeol merasakan jantungnya bertalu dengan cepat ketika ia tahu siapa pemilik suara itu

Tangannya mengepal, pria itu mencoba memikirkan kemungkinan apa saja yang terjadi dengan harapan bahwa dugaannya salah, namun sayangnya, ketika tangan kekarnya meraih kenop pintu membukanya tanpa permisi, amarah langsung memenuhi rongga dadanya, ketika dengan jelas pria itu bisa melihat di dalam kamarnya, di atas ranjangnya ada Elena yang tampak mendesah hebat menikmati bagaimana seorang pria menghantam kepemilikannya dengan keras di atasnya

“Brengsek!”

Dan sesaat ketika Chanyeol bersuara, dua orang yang tengah beradu kehangatan itu menoleh

Elena melotot terkejut sementara Jaehwan dengan cepat melepas kepemilikannya memakai bajunya bersamaan dengan Elena yang menarik selimut untuk menutupi tubuhnya

Pandangan Chanyeol gelap, pria itu dengan amarah menggebu mendekat, tidak memberi kesempatan Jaehwan untuk menyelesaikan diri memakai pakaiannya dengan benar dan waktu seakan berlalu dengan cepat ketika Chanyeol memberikan bogeman mentahnya di rahang Jaehwan dengan keras

“Bajingan, berani-beraninya lo napakin kaki lo di rumah gue cuma buat buang-buang sperma sampah lo itu”

BUGH

lagi, Chanyeol memberikan pukulan telak merasakan dirinya tidak bisa lagi menahan emosinya, namun Jaehwan bergerak cepat, berusaha sebisa mungkin untuk menahan tubuh agar tidak tersungkur, meraih bajunya dan berlari keluar meninggalkan Chanyeol dan Elena yang hanya bisa meremat selimutnya ketakutan

Ketika melihat bagaimana Chanyeol, di hadapannya dengan wajah memerah dan rahang mengeras tampak mengepalkan tangannya kuat

“Ch— Chanyeol...” dan perempuan itu semakin ketakutan ketika Chanyeol menoleh menatap Elena dengan tatapan paling dingin yang pernah perempuan itu lihat

“Ch—chanyeol.. A-aku... Bisa... Bisa jelasin... Aku...”

“Apa yang mau lo jelasin?”

Elena terhenyak di tempatnya menatap bagaimana Chanyeol melihatnya dengan tatapan yang sulit di artikan

“Apa yang mau lo jelasin ketika semuanya jelas banget di mata gue, apa yang mau lo jelasin ketika gue denger dan liat sendiri gimana lo mendesah kenikmatan di atas ranjang gue, pembelaan apa yang kali mau lo kasih?”

Elena semakin merematkan jemarinya, menggenggam selimut dengan erat merasakan dirinya semakin ketakutan

“Chanyeol... Aku... Aku bakal jelasin....”

“APALAGI YANG MAU LO JELASIN, SETAN!”

dan Elena menangis ketika Chanyeol megambil bingkai fotonya di atas nakas dan dengan murka melemparnya ke atas tembok tempat Elena bersandar

“Gue udah cukup sabar ya, jangan lo pikir gue gak tau kalau lo pernah main di belakang gue, hs sama orang selain gue, tapi gue dengan bodohnya gak berkomentar apapun karena gue pikir gue salah karena gue ada andil kenapa lo bersikap kayak gitu, gue mencoba memaklumi dan gak perduli meski harusnya hari itu gue gak mentolerir apapun...”

”...tapi setelah gue bertekad buat memperlakukan diri lo dengan baik, gue turutin semua kemauan lo, bahkan dengan berat hati gue menyanggupi permintaan lo biar gue ngejauhin Baekhyun, tapi lo justru makin bertindak gak tau malu, makin gak tau diri bawa cowok lain ke rumah gue dan hs sama orang itu di ranjang gue, di ranjang gue, el! Lo bener-bener gak tau diri ya!”

Elena hanya menangis meremat selimutnya kuat merasa ketakutan sementara Chanyeol terlihat sama sekali tidak perduli

“Berarti bener kata Jia dulu kalo lo pernah main di belakang gue, iya kan? Dan lo— ke Amerika ninggalin gue bukan karena masalah pekerjaan ayah lo, bukan juga karena lo sakit, iya kan?”

Elena tidak menjawab, Chanyeol melihatnya berbarengan dengan matanya yang menangkap perut buncit Elena yang menyembul di balik selimutnya

“Anak itu— anak lo— juga bukan anak gue kan?”

Dan Chanyeol mulai merasakan matanya memanas merasakan emosinya kembali memuncak ketika melihat Elena hanya terus menangis tanpa berniat untuk menjawab pertanyaannya

“JAWAB PERTANYAAN GUE ANJING!” sedikit kehilangan kendalinya, Chanyeol kali ini mengambil lampu tidur di atas nakas dan membantingnya keras ke samping ranjang tempat Elena duduk membuat perempuan itu tersentak dan semakin menangis

“Lo punya mulut kan? Jawab pertanyaan gue, anak itu bukan anak gue kan? JAWAB, SETAN!”

Chanyeol hampir saja kehilangan kendalinya, mengambil sebuah vas bunga dan baru saja akan melemparnya dengan tega ke arah tunangannya sebelum perempuan itu akhirnya mengangguk

“Maaf Chanyeol, maaf....”

Tepat di detik selanjutnya Chanyeol menitikkan air matanya menggenggam vas bunga dengan erat sebelum akhirnya pria itu berteriak membanting vas bunga di tangannya dan mulai membanting barang-barang di sekitarnya dengan brutal merasakan amarahnya yang tidak lagi bisa ia tahan

Tidak, ia bukan marah karena dikhianati, ia bukan marah karena dibohongi. Ia marah karena kebodohannya sendiri. Ia menyesal bukan main ketika dulu dengan tidak tahu malu dan tidak tahu dirinya dia mencampakkan Baekhyun dan anaknya hanya untuk tanggung jawab yang sebenarnya tidak pernah menjadi tanggung jawabnya

Ia marah pada dirinya sendiri ketika nyatanya dirinya sudah meninggalkan dan menyakiti Baekhyun hanya untuk sesuatu yang tidak pernah menjadi miliknya, ia marah pada dirinya yang dengan bodoh menyakiti orang yang dengan tulus mencintainya hanya untuk seseorang yang bahkan hanya memanfaatkannya

Elena menangis. Jujur, ini pertama kalinya ia bisa melihat sisi marah Chanyeol yang seperti ini dan itu sukses membuat Elena ketakutan bukan main

“Lo tau, el? Gue bahkan ninggalin Baekhyun dan anak gue cuma buat tanggung jawab gue ke lo, berkali-kali bertindak bodoh nyakitin Baekhyun dan anak gue cuma buat lo, tapi ini yang gue dapet?”

Elena menggeleng, menatap Chanyeol dengan tatapan penuh permohonan maaf, namun Chanyeol berusaha untuk buta, ia tidak ingin lagi masuk ke lubang yang sama

Chanyeol beralih kali ini berjalan mengambil koper yang tersusun rapih di sudut kamar sebelum melemparnya asal ke lantai, beberapa kali masuk ke dalam walk in closet untuk mengambil beberapa pakaian milik Elena dan juga melemparnya asal ke atas lantai

“Chanyeol, kamu ngapain...”

Elena terlihat panik ketika kali ini Chanyeol juga mengeluarkan tas juga semua sepatunya dan melemparnya dengan atas

“Chanyeol...”

Dan setelah semuanya selesai, pria bermarga Park itu menatap Elena dengan tatapan dingin “Lo pikir setelah semua yang lo lakuin, gue bakal pertahanin hubungan kita dan tanggung jawab atas anak dalem perut lo?”

Chanyeol menggeleng mempertegas ucapannya “Gak bakal, el. Kita berhenti di sini, gue bahkan udah gak sudi lagi buat liat muka lo”

Elena menggeleng panik mendengarnya “Gak, aku gak mau....”

“Gue harap lo bisa pergi secepatnya dari sini, jangan pernah berani-beraninya lo nunjukin lagi muka lo di hadapan gue”

“Gak mau, Chanyeol jangan, aku minta maaf, Chanyeol” Chanyeol berbalik, menulikan pendengarannya berjalan meninggalkan Elena masih dengan wajah basanya bergerak tergesa meraih pakiannya, memakainya asal dan dengan cepat mencoba mengejar Chanyeol yang sudah berjalan keluar

“Chanyeol, tunggu, aku minta maaf, aku gak mau pisah, Chanyeol!”

Dengan langkah tertatih Elena mencoba mengejar namun dirinya terpaksa berhenti ketika dirinya merasakan sakit luar biasa pada perut bagian bawahnya “Akh...”

Wanita itu menggeram tertahan, mencoba berpegangan pada sisi tembok masih dengan usahanya untuk mengejar Chanyeol yang kini sudah berada di luar rumah. Elena masih berusaha menahan rasa sakitnya sebelum dirinya tumbang, ketika rasa sakit itu sudah tidak bisa lagi ia tahan

Nafasnya mulai tercekat bersamaan dengan pandangannya yang menggelap dan darah yang mengalir di sela-sela kakinya