Jongin melangkahkan kakinya mendekat ke arah Baekhyun yang tampak sibuk berkutat di dapur, berdiri tak jauh di belakangnya menunggu hingga akhirnya Baekhyun menyadari eksistensi calon suaminya itu

“Mas, kamu udah bangun?”

Jongin hanya tersenyum melirik ke arah nampan berisikan satu mangkuk kecil bubur dengan satu mangkuk besar dengan isi yang sama. Jongin tersenyum lirih, tau untuk siapa mangkuk yang lebih besar itu

“Mas, aku udah siapin sarapan buat kamu di meja makan, jadi abis mandi kamu langsung sarapan aja sama baju kerjanya juga udah aku siapin dan— maaf, gapapa ya hari ini sarapannya gak aku temenin dulu, aku mau ngurus Yuan sarapan sama minum obat dulu...”

Jongin mengangguk “Iya, gapapa, makasih ya udah disiapin” ucapnya sembari mengusap surai kehitaman milik si mungil

Baekhyun hanya tersenyum apa adanya, mulai meriah nampan yang sudah dia siapkan sebelum kemudian menoleh “Aku ke atas dulu ya, mas” dan dengan tergesa berjalan cepat meninggalkan Jongin yang hanya bisa diam dengan senyumnya yang terus memudar

Sementara Baekhyun dengan hati-hati membuka pintu kamar anaknya menyembulkan kepalanya demi melihat bahwa pasangan anak ayah itu sedang tertidur pulas membuat Baekhyun akhirnya memutuskan untuk masuk tanpa menutup pintunya meletakkan nampan di atas nakas sebelum pandangannya kembali beralih memperhatikan bagaimana pasangan ayah-anak itu saling memeluk saat tengah tertidur

Tanpa sadar sudut bibirnya naik ke atas, ada perasaan hangat saat dirinya menyaksikan itu, entahlah hanya saja Baekhyun merasa tenang melihat bagaimana anaknya bisa terlelap begitu tenang dan nyaman dalam pelukan ayahnya

Baekhyun mendekat mencoba mengecek suhu tubuh Yuan dengan tangannya dan dirinya tersenyum mengetahui bahwa suhu tubuhnya menurun dan sudah kembali normal hingga matanya kali ini beralih melihat Chanyeol yang justru terlihat semakin pucat

Perlahan tangannya terulur guna mengecek suhu tubuh mantan suaminya itu dan dirinya terkejut bukan main mengetahui seberapa panas tubuh Chanyeol saat ini “Ya Tuhan...”

Tak perlu waktu lama untuk Baekhyun segera bergerak berjalan cepat keluar kamar untuk mengambil satu baskom kecil baru dan air dingin berniat untuk mengompres dahi Chanyeol

Pria mungil itu meletakkan baskom kecil tersebut di lantai sementara Baekhyun mulai memeras kain yang sudah basah berniat meletakkannya perlahan di dahi Chanyeol sebelum pergerakannya terhenti ketika dirinya melihat darah merembes dengan jelas pada lengan kemeja yang Chanyeol kenakan

Dirinya terkejut bukan main refleks tanpa sadar tangannya terulur meraih pergelangan tangan kiri Chanyeol dan melihat bagaimana tangan itu dipenuhi perban dengan warna merah segar menghiasi perban tersebut

Chanyeol yang merasa terusik membuka matanya terkejut melihat bagaimana Baekhyun terdiam memperhatikan lukanya, hingga tanpa sengaja yang lebih tinggi menarik tangannya kasar buru-buru kembali menurunkan lengan kemejanya sebelum matanya beralih melihat putranya yang masih tertidur pulas

Dengan susah payah, menahan nyeri pada perutnya, Chanyeol berusaga duduk sambil tangan kanannya terulur, memeriksa suhu tubuh Yuan yang sudah kembali normal sehingga Chanyeol bisa menghela nafas lega sebelum kemudian pria itu hanya bisa diam menunduk canggung ketika di sisi ranjangnya Baekhyun duduk tanpa kata

Suasana begitu hening untuk beberapa saat membuat Chanyeol berfikir mungkin dirinya lebih baik pulang

Mulutnya terbuka hendak pamit sebelum suara Baekhyun lebih dulu menginterupsi “Tangan kamu kenapa?”

Chanyeol menoleh dan entah kenapa Chanyeol bisa melihat dengan jelas bagaimana Baekhyun menatapnya penuh kekhawatiran

Chanyeol sendiri hanya bisa diam hingga lagi-lagi Baekhyun meraih tangannya “Hyun...” Chanyeol berusaha menolak namun Baekhyun menatapnya lekat

“Aku cuma mau liat seberapa parah lukanya, ini darahnya banyak banget, mas, takut infeksinya parah” dan suara lirih Baekhyun menghancurkan pertahanannya hingga dirinya hanya diam ketika Baekhyun dengan hati-hati mulai membuka perban di tangannya dan hanya bisa terdiam di tempat ketika pria mungil itu bisa melihat keseluruhan luka miliknya

Baekhyun sendiri tidak sanggup mengatakan apapun di saat dia sendiri tahu luka apa yang ia lihat saat ini, Baekhyun tidak bodoh untuk tidak mengenali begitu banyaknya luka sayatan di tangan suaminya dengan beberapa luka bakar di sana

Baekhyun menunduk untuk beberapa saat mencoba mengatur nafasnya yang mulai tidak beraturan hingga dirinya menatap Chanyeol sambil menguasai diri untuk tidak menitikkan air matanya

“Kamu masih self-harm?”

Dan Chanyeol lebih terkejut ketika Baekhyun menanyakan hal yang tepat sasaran, ia tidak berfikir bahwa Baekhyun tahu tentang ini

“Hyun...”

“Kenapa?”

Chanyeol diam hingga lagi-lagi Baekhyun membuka suaranya “Karena aku?” Chanyeol menggeleng mencoba menyangkal sebelum lagi-lagi Baekhyun berbicara “Karena aku— bakal nikah sama mas Jongin?” dan Chanyeol terdiam ketika pria itu akhirnya melihat bagaimana Baekhyun menitikkan air matanya

“Engga, Hyun, saya....”

“Kenapa kamu kayak gini, mas...” Baekhyun mulai menangis pelan “...kamu yang nyakitin aku tapi kenapa kamu yang begini? Apa kamu kurang puas nyakitin aku, kamu pikir dengan kamu nyiksa diri kamu kayak gini bakal bikin aku seneng, bakal bikin aku merasa bahwa kamu pantes dapet ini?...”

”...mas, aku benci banget sama kamu, tapi bodohnya aku juga benci liat kamu begini”

Chanyeol hanya diam merasakan sesak melihat bagaimana Baekhyun dengan pilu menangis di depannya

“Hyun...”

“Berhenti buat aku bingung, berhenti buat aku malah berasa bersalah, berhenti buat aku merasa berat buat melangkah— aku... Gak ngerti tapi ngeliat kamu begini malah buat aku berantakan, kamu bilang kita harus bahagia di jalan masing-masing, tapi dengan keadaan kamu begini kamu pikir aku bisa? aku...”

“Baekhyun...”

Baekhyun terdiam ketika suara berat Chanyeol menginterupsi

“Kamu gak perlu merasa bersalah untuk sesuatu yang bukan kesalahan kamu, apa yang saya rasakan adalah apa yang sudah sepantasnya saya terima, kamu gak perlu mikirin saya untuk melangkah, kamu gak seharusnya merasa berat untuk menjemput kebahagiaan kamu karena saya. Saya minta maaf....”

“Kamu bilang dulu kita harus bahagia di jalan masing-masing, kan?”

Chanyeol terdiam

“Aku benci kamu tapi bukan berarti keadaan kayak begini yang aku harapin, aku gak suka liat kamu nyakitin diri kamu sendiri kayak gini, kalau aku harus bahagia, kamu juga harus...”

“Gimana caranya saya bahagia kalau satu-satunya kebahagiaan saya cuma kamu sama Yuan, hyun?”

Baekhyun terdiam menatap Chanyeol yang juga kini berlinang air mata

“Kalau kamu bilang saya harus bahagia, apa saya pantas menjemput kebahagiaan saya di saat kebahagiaan saya adalah sesuatu yang saya sia-siakan dulu?”

Baekhyun masih diam hingga Chanyeol kembali bicara “Saya ingin menjemput kebahagiaan saya, tapi saya sadar saya gak pantas, saya sadar saya yang mendorong kebahagiaan saya sendiri untuk menjauh...”

Baekhyun hanya menunduk menangis tanpa suara sementara Chanyeol mulai menitikkan air matanya, perlahan tangannya terulur menarik Baekhyun dan memeluknya lembut

“Hati kamu bener-bener lembut, hyun. Bahkan setelah semua yang saya lakukan, kamu masih berbaik hati meminta saya untuk bahagia...”

Baekhyun tidak membalas pelukan Chanyeol namun juga tidak menolak, ia hanya membiarkan dirinya menangis sementara menerima kehangatan yang begitu ia rindukan sejak lama hingga Chanyeol kembali bersuara

“Saya minta maaf, maaf lagi-lagi harus nempatin kamu di keadaan kayak gini, kebahagiaan saya cuma kamu sama Yuan, hyun. Jadi tolong, kalau memang kita harus bahagia di jalan masing-masing, tolong bahagia, karena kebahagiaan kamu juga kebahagiaan saya...”

”...tolong setelah ini jangan lagi pikirin saya, kalau memang kehadiran saya yang buat kamu begini, saya janji, ini terakhir kalinya saya nemuin kamu, tapi tolong— tolong untuk terus bahagia ya, hyun. Kamu, Yuan, pantas bahagia tanpa saya...”

Dan Chanyeol mengeratkan pelukannya “Saya— titip Yuan, ya?” dan setelahnya Baekhyun membalas pelukan Chanyeol, membalas tak kalah erat dan menangis di sana

Keduanya mencoba untuk saling berbagi perasaan terakhir kalinya, berbagi kehangatan dan saling menangis dalam diam sembari mencoba mengingat bagaimana hangatnya pelukan terakhir mereka hari ini

Sementara Jongin di ambang pintu perlahan mulai menjauh meninggalkan kamar Yuan dengan perasaan yang sulit digambarkan