Keheningan menyelimuti perjalanan mereka hari itu. Jongin yang menyetir dengan perasaan tak karuan, Yuan – yang dengan polosnya masih tertidur pulas di baby car seat di belakang, sementara Baekhyun dengan pikiran dan perasaannya yang tak bisa dijelaskan
Rasanya sesak ketika terlebih ketika Jongin mengatakan bahwa Chanyeol ditemukan di kantor semalam, dalam keadaan terbaring dengan mulut berbusa
Chanyeol mengakhiri hidupnya
Tatapannya memandang kosong keluar jendela, tanpa sadar menitikkan air matanya ketika lagi-lagi perasaan yang tak bisa ia jelaskan terus menyerangnya, hatinya sakit, hatinya pedih, rasanya terlalu sesak bahkan hingga rasanya ingin mati, semua perasaan yang ia benci datang bertubi-tubi, bagaimana ia merasakan kekosongan dan kehampaan yang begitu nyata
“Hyun?”
Baekhyun menghapus air matanya menoleh ke arah Jongin yang juga terlihat sama berantakannya
“Udah sampe”
Dan Baekhyun menoleh ketika menyadari bahwa mereka pada akhirnya sampai di rumah duka, cukup lama si mungil menatap pada akhirnya Jongin mengusap pundaknya lembut “Kita turun ya?”
Baekhyun mengangguk pelan, melepas seatbeltnya, berbarengan dengan Jongin yang beralih ke kursi belakang, mencoba menggendong Yuan yang pada akhirnya terbangun dan mulai terusik
“Daddy?”
“Ng?”
“Kita di mana?”
“Kita ketemu ayah ya?”
“Ng? Ayah?” Jongin mencoba menahan tangisannya ketika melihat bagaimana dalam gendongannya, Yuan mengusap wajah dan matanya berkali-kali “Kita mau main sama ayah, dad?”
Jongin hanya tersenyum lirih, pun Baekhyun yang hanya bisa menunduk merasakan perih ketika mendengar bagaimana Yuan bertanya dengan begitu polos
Jongin mendekat, dengan satu tangannya menggendong Yuan dan satu tangannya yang lain meraih tangan Baekhyun, menggenggamnya memberinya usapan pelan berusaha untuk menguatkan
Mereka berjalan beriringan, dan suasana kabung langsung begitu kerasa, Baekhyun merasakan jantungnya bertalu dengan keras ketika di dalam beberapa tangisan terdengat begitu jelas dan itu membuat Baekhyun semakin mengeratkan genggamannya pada Jongin
Mereka melangkah, semakin masuk hingga berada di depan ruang penghormatan dan di sana ada Luhan yang sedang menenagkan Sehun yang tengah menangis
“Se?”
Si empunya nama menoleh, “Jong...” dan kedua pasang sahabat itu berpelukan, dan ini pertama kalinya Sehun menangis terisak lirih
“Jong, Chanyeol udah gaada...”
Jongin menitikkan air matanya, menganggu dengan satu tangannya melepas genggaman Baekhyun dan mengusap punggung sahabatnya
Jongin paham semua orang merasa begitu kehilangan, tapi Jongin yakin, Sehun yang paling menyimpan banyak luka di sana mengingat bagaimana Sehun yang selama ini selalu berada di sisi Chanyeol, bahkan menjadi orang pertama yang menemukan Chanyeol dalam keadaan tidak bernafas
Sementara Luhan hanya memberikan senyum tipis menatap Baekhyun yang kini juga menatapnya perih, hingga Sehun akhirnya melepas pelukannya, terisak pelan bersamaan dengan Jongin yang mengusap lengannya pelan
“Gue masuk dulu ya, nanti gue ke sini lagi...” Sehun tidak menjawab, hanya tetap terisak pelan hingga Jongin kali ini menatap Luhan
“Titip Sehun ya, Lu”
Luhan hanya mengangguk
Jongin kembali meraih tangan Baekhyun, menggenggamnya dan beriringan berjalan ke dalam ruang penghormatan dan di sana ada Taehee dan juga Youngjae – papa dan mama Park – yang tengah menangis dan saling menguatkan, juga beberapa kerabat keluarga yang tidak menyembunyikan kesedihan mereka
“Ayah?”
Jongin menoleh ke arah Yuan yang menunjuk sebuah foto Chanyeol yang tengah tersenyum dengan tumpukan bunga di sekitarnya
Samar, Jongin merasakan genggamannya semakin erat membuat pria itu menoleh untuk melihat bagaimana Baekhyun berusaha untuk tidak menitikkan air matanya ketika netranya terfokus pada peti terbuka di depan foto dan tumpukan bunga tersebut
“Hyun...”
Baekhyun menunduk, mengangguk seolah paham bahwa Jongin mengajaknya untuk memberikan salam penghormatan terakhir
Baekhyun dan juga Jongin akhirnya mendekat, menurunkan Yuan dari gendongannya untuk sementara dan mulai melakukan penghormatan terakhir mereka, sebelum kemudian Jongin kembali menggendong Yuan yang masih menunjukkan wajah bingungnya, kemudian menatap Baekhyun
“Mau liat?”
Baekhyun menunduk menggeleng lemah sementara Jongin mengangguk mengerti, dengan perasaan tak karuan mendekat, membawa Yuan dalam gendongannya untuk melihat sang ayah
“Ayah!” Yuan terlihat antusias, namun hanya beberapa detik ketika dirinya menyadari bahwa sang ayah tidak menyahutinya sama sekali
“Dad, ayah tidul?”
Jongin menatap wajah pucat Chanyeol lamat, menahan air matanya sebelum kemudian menatap Yuan dan tersenyum lirih mengangguk
“Tapi kenapa tidulnya pake baju kantol? Kok muka ayah putih banget ya, dad?”
Jongin hanya tersenyum
“Ayah? Ayah main yuk?” dan Jongin tak kuasa menahan tangisnya ketika dengan lirih ketika Yuan yang tidak mengerti apapun terus berusaha membangunkan sang ayah
Tak berbeda dengan Jongin, Baekhyun di belakang juga menangis pelan, merasakan sesak luar biasa mendengar bagaimana putranya terus memanggil sang ayah hingga suara seorang panitia pemakaman menginterupsi
“Prosesi pemakaman akan segera dilakukan, peti akan ditutup dalam 10 menit”
Dan tepat setelah mendengar itu Jongin kembali menurunkan Yuan sebelum kemudian mendekat, menatap wajah sahabatnya lirih dengan tangisan pelannya mencoba untuk bicara “Yeol, gue bawa Yuan nih, lo— gak mau bangun?”
Air matanya benar-benar tidak bisa ia bendung
“Yeol, bahagia di sana ya? Maaf, belom bisa jadi sahabat baik yang bisa nemenin lo di waktu-waktu sulit lo, makasih karena pernah berusaha buat bertahan hidup, you will always be missed, yang tenang ya, gue bakal jagain Yuan sama Baekhyun di sini”
Masih dengan air mata yang mengalir, Jongin menggendong Yuan “Cium ayah, sayang”
“Daddy kenapa nangis?”
Jongin hanya tersenyum “Yuan mau cium ayah? Sebelum ayah ketemu Tuhan”
“Uh? Ketemu Tuhan, ayah mau pelgi ke langit? Kenapa jauh banget?”
“Karena— Tuhan sayang sama ayah, makanya ayah harus ke langit buat ketemu Tuhan”
“Tapi— ayah balik gak, dad? Ayah nanti masih bisa main sama Yuan gak?”
Jongin menangis namun tetap tersenyum dan mengangguk “Kalau— kalau Yuan jadi anak baik, ayah bakal sering nyamperin Yuan di dalam mimpi, makanya Yuan— jadi anak baik ya?”
“Ung!! Yuan mau cium ayah, dad”
Dan setelahnya Jongin mendekat, mencoba mendekatkan posisi Yuan dengan sang ayah “Ayah, kata daddy ayah mau pelgi ke langit ya?...”
Di belakang Baekhyun menunduk dalam, mengepalkan tangannya kuat mendengar perkataan putranya
”...tapi kata daddy, ayah ke langit karena Tuhan sayang ayah, ayah nanti seling pulang ya, main sama Yuan, ayah... yuan sayang sama ayah”
Dan dengan sedikit bantuan Jongin, Yuan berhasil mengecup pelipis sang ayah dan setelahnya Jongin memeluk Yuan dan menangis pelan
Baekhyun sendiri akhirnya bangun, meruntuhkan egonya mendekat demi melihat wajah pria yang masih menempati tempat tertinggi di hatinya untuk terakhir kalinya, mendekat dan mulai bersuara lirih
“Mas...”
Dan nafasnya tercekat ketika nyatanya dadanya benar-benar terhimpit “...aku— bukan pergi kayak gini yang aku maksud...”
Baekhyun membiarkan dirinya menangis “Aku minta maaf— ” kemudian Baekhyun mendekatkan wajahnya menatap wajah tenang Chanyeol lembut, dengan pelan tangannya terangkat, mengusap pelan pelipis Chanyeol
“Aku minta maaf— maaf, tolong hidup yang tenang dan sering dateng ke mimpiku ya, mas?”
Baekhyun menangis “Perasaan aku gak pernah berubah, maaf aku udah egois, aku sayang sama kamu, aku masih cinta sama kamu, mas” dan untuk terakhir kalinya Baekhyun mendekat menncium dahi Chanyeol dengan lembut
“Peti akan ditutup sekarang” dan saat itu semua orang terisak, orang tua Chanyeol, Sehun yang kembali masuk untuk melihat sahabatnya untuk terakhir kali dan Baekhyun yang pada akhirnya menangis terisak, meluapkan semua kesedihannya, menatap peti milik Chanyeol yang akan segera di tutup
“Mas Chanyeol...” dan pada akhirnya Baekhyun kembali mendekat tidak bisa menahan perasaannya “Engga, mas, aku minta maaf, ayo bangun, kamu mau minta kesempatan kan? Aku kasih, mas, tolong, aku butuh kamu, Yuan butuh kamu, mas...”
“Peti akan kami tutup sekarang”
“Engga, mas, aku minta maaf, mas, jangan tinggalin aku, ayo kita bahagia bertiga—”
Jongin mendekat, mencoba menarik Baekhyun menjauh untuk menenangkan
“Hyun...”
”— engga, mas, jangan hukum aku kayak gini, mas chanyeol aku minta maaf...”
Hingga perlahan peti itu mulai ditutup
“Engga, mas Chanyeol... Mas Chanyeol!”
“Hyun? Hey, sayang?”
“Mas?!!” dan Baekhyun membuka matanya, merasakan wajahnya basah oleh air mata sebelum kemudian dirinya terdiam ketika melihat bagaimana Chanyeol terduduk di sisi ranjangnya terlihat khawatir
“Sayang, kenapa? Kamu mimpi buruk? Sampe nangis gini?”
“M-mas Chanyeol?”
“Kenapa? Ada yang sakit? Pusing? Perut kamu kram lagi?”
Baekhyun terdiam mencoba mencerna apa yang terjadi “Sayang?”
“Mas, kamu— di sini?”
“Of course, suami saya sakit, saya sudah pasti di sini, nemenin kamu, apalagi kamu udah 2 hari tidur sampe dokter ngasih nutrisi lewat infus, saya sempat merasa begitu khawatir, tapi kata dokter kamu cuma mengistirahatkan diri aja, capek banget ya?” tangan besarnya terulur mengusap kepala Baekhyun dengan lembut
“Ngomong-ngomong, kamu di sini dulu sebentar ya, saya mau ngabarin dokter dulu, biar kamu diperiksa lebih lanjut”
Chanyeol baru saja akan pergi namun Baekhyun menahan tangannya “Kenapa sayang?”
Dan Baekhyun mengernyit ketika menyadari bahwa tidak ada bekas luka apapun di tangan Chanyeol, tidak ada luka sayatan, tidak ada luka bekas sundutan rokok di sana
“Sebentar ya, saya mau ngabarin dokter, ga bakal lama kok, okay?” lagi Chanyeol mendekat dan mengecup bibir Baekhyun dengan lembut “Sebentar ya” dan setelahnya meninggalkan Baekhyun yang terdiam di tempatnya mencoba mencerna apa yang terjadi
“Tadi itu— cuma mimpi?” Baekhyun membatin
Kemudian menjadi semakin bingung ketika pria mungil itu mengingat bagaimana Chanyeol menyebutnya suaminya
“Suami— perceraiannya... juga mimpi?”