Nyaris satu jam lebih hingga akhirnya Chanyeol sampai dan memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah milik Baekhyun, terdiam untuk beberapa saat sembari menghembuskan nafas pelan sebelum kepalanya menoleh ke belakang, tersenyum tipis melihat putranya yang masih terlelap dengan nyenyak
Pria itu akhirnya membuka pintu mobil, beralih ke kursi belakang, sambil berusaha untuk tidak mengusik tidur anaknya Chanyeol membuka seatbelt pada car seat Yuan, dengan hati-hati menggendong tubuh mungil putra satu-satunya itu sebelum kemudian Chanyeol mulai berjalan, sambil mengusap pelan punggung anaknya menuju pintu utama kediaman Baekhyun
Pria itu berhenti tepat ketika tubuh bongsornya berada di depan pintu utama, memencet bel beberapa kali hingga pintu terbuka, menunjukkan Baekhyun yang dengan segera menjulurkan tangannya berusaha meraih tubuh Yuan dalam gendongan Chanyeol
Melihat itu, Chanyeol sendiri dengan agak berat hati menyerahkan putranya pada Baekhyun yang sekarang tengah mengusap punggung mungil Yuan yang agaknya sedikit terusik dalam tidurnya
“Maaf kalau saya agak telat, saya tadi...”
“Iya gapapa, mas, kamu sekarang pulang aja ya, makasih udah nganter Yuan pulang”
Chanyeol hanya tersenyum tipis ketika Baekhyun menyuruhnya langsung pulang, bahkan tanpa menawarkan dirinya untuk mampir-pun tidak
Tapi Chanyeol paham, Baekhyun mungkin sangat tidak nyaman terlebih di jam enam pagi seperti ini tentu saja Jongin ada di dalam, Chanyeol benar-benar mengerti kalau Baekhyun merasa tidak nyaman dengan kehadirannya
“Yaudah, saya pamit dulu, terima kasih sudah mengizinkan saya bermain dengan Yuan selama seminggu ini”
Baekhyun mengangguk tergesa sementara Chanyeol berbalik untuk segera pulang, namun belum ada 3 langkah pria itu berjalan, sebuah mobil yang tak asing terparkir di pelataran rumahnya. Baekhyun yang pada awalnya hendak menutup pintu mengurungkan niatnya, terdiam di ambang pintu ketika seorang wanita paruh baya turun dari mobil tersebut
Chanyeol diam di tempat sebelum memutuskan untuk membungkuk 90° menunjukkan rasa hormatnya pada Yejin -mantan mertuanya- yang sekarang kini tengah berdiri di hadapannya
“Chanyeol?”
Yejin menatap, menelisik pada Chanyeol yang hanya menundukkan kepalanya dengan sopan
“Ngapain kamu pagi-pagi di rumah anak dan calon menantu saya?”
“Saya—”
“Ah, kamu abis nganter cucu saya pulang ternyata” ucap Yejin menyela ketika melihat Baekhyun tengah menggendong cucunya di ambang pintu, Chanyeol sendiri hanya diam hingga Yejin kembali bicara
“Gimana rasanya main dan tinggal bersama putra yang sudah kamu buang sebelumnya—” Chanyeol mendongak dan saat itu juga Yejin menatapnya remeh “—menyenangkan?”
Di ambang pintu Baekhyun menghembuskan nafas berat sementara Yejin kembali bicara “Agak lucu sebenarnya, setelah apa yang kamu lakukan, kamu ninggalin anak saya di saat anak saya sedang berjuang mati-matian untuk mendapatkan dan memiliki anak, kemudian kamu malah dengan gak tau diri mengakui diri sebagai seorang ayah, seolah-olah kamu setidaknya memiliki kontribusi mengurus dan menjaga anak saya saat hamil, padahal selama ini kontribusi yang kamu berikan cuma nyakitin anak saya...”
Yejin tertawa sementara Chanyeol hanya terus menundukkan kepalanya
”...kamu ingat Chanyeol, kamu dulu main sama perempuan lain di saat anak saya sedang berjuang hidup dan mati untuk memberikan kebahagiaan yang sempurna untuk kamu, kamu ingat— kamu ninggalin anak saya bahkan di saat sudah ada Yuan saat itu, sekarang— kamu dengan gak tau malunya mengakui diri sebagai seorang ayah, dengan gak tau dirinya merasa bangga menjadi seorang ayah dari anak yang sudah kamu telantarkan, kamu— segak tau diri itu?”
“Bun...”
Yejin menoleh menatap Baekhyun yang menatapnya dengan tatapan memohon, berharap bundanya bisa berhenti. Tapi Yejin hanya tersenyum, dirinya belum puas melihat bagaimana Chanyeol terus menundukkan diri dengan perasaan bersalah
“Kamu harus tau Chanyeol, kamu cuma beruntung karena Jongin mau berbaik hati mengenalkan kamu dengan Yuan, Yuan belum ngerti apa-apa, tapi tunggu beberapa tahun ke depan, saat dia tahu sebrengsek apa ayahnya menyakiti papanya dulu, saya yakin, jangankan manggil ayah atau sekedar bertemu, denger nama kamu mungkin dia udah bakal kepalang benci”
“Bunda.”
Baekhyun bersuara ketika dirinya menyadari bahwa Chanyeol mulai terlihat tidak baik-baik saja, sementara Yejin hanya tertawa kecil sebelum kemudian wanita paruh baya itu terlihat mengambil sesuatu dari dalam tasnya
“Baik, selagi kamu masih di sini, saya mau kasih kamu ini...”
“Bunda!”
Chanyeol agak mendongak, menerima secarik kertas yang mantan mertuanya berikan “...itu undangan untuk pernikahan Baekhyun dengan Jongin bulan depan, sebenarnya akan mulai disebar lusa, tapi ya— anggap aja ini undangan istimewa karena kamu dapetnya lebih awal”
Chanyeol hanya diam, menatap secarik kertas mewah di tangannya yang mengukir nama Baekhyun dan Jongin di sana, pria itu hanya bisa diam sembari merasakan dadanya yang semakin terasa berat,sesak, dan juga perih, seolah-olah ribuang orang tengah menghantam hatinya dengan banyak bebatuan besar
Entahlah, Chanyeol pikir ia siap, tapi kenyataannya masih terlalu sulit dan menyakitkan untuk diterima
“Waktu itu anak saya menghargai kamu, dia datang ke pesta pertunangan kamu dengan wanita jalang itu, jadi saya harap kamu juga bisa menghargai Baekhyun dengan memenuhi undangan yang diberikan, setidaknya kamu harus menyaksikan anak saya berbahagia menikah dengan seseorang yang benar-benar mencintai anak saya dengan tulus, jadi, saya benar-benar berharap kamu bisa datang”
Yejin tersenyum puas melihat bagaimana Chanyeol tidak bergeming di tempatnya “Saya permisi—” sebelum kemudian wanita itu berjalan melewati Chanyeol yang masih terdiam di tempatnya
“Masih pagi banget, tapi ayo siap-siap, Hyun, kita mau fitting hari ini kan?”
Dan bersamaan dengan itu, Chanyeol berjalan menuju mobilnya, tidak sedikitpun menoleh ke belakang di mana Baekhyun tanpa bisa mengerti hanya memperhatikan kepergian Chanyeol dengan gelisah
Tanpa alasan dirinya merasa berat dan bersalah di saat Chanyeol akhirnya pergi tanpa menoleh sedikitpun ke arahnya