Setelah beberapa kali Taehee memencet bel kediaman keluarga Byun, pintu terbuka menampilkan Sejin yang kemudian menyapa mantan besannya itu menundukkan kepalanya tanpa senyuman ramah yang biasanya wanita paruh baya itu tunjukkan

Kali ini Sejin hanya menunjukkan seyum tipisnya sebelum berubah menunjukkan wajah datar ketika melihat ada sosok yang tak ia kenal namun cukup ia pahami bahwa sosok itulah yang menjadi salah satu sumber kesakitan anak satu-satunya

“Saya pikir— niat kalian datang ke sini tulus hanya untuk berkunjung selagi kita saling mencoba memperbaiki hubungan, ternyata sekalian memperkenalkan calon menantu ya”

Ucapan sarkas Sejin dibalas senyuman oleh Elena dan gelengan oleh Taehee yang hendak menyangkal namun, Sejin lebih memilih mengabaikan, bergeser dan mempersilahkan keluarga Park untuk masuk ke dalam rumahnya

“Silahkan masuk”

Dan wanita paruh baya itu meninggalkan keluarga Park di depan pintu sementara Taehee menatap Elena tajam. Yang ditatap sama sekali tidak terlihat merasa bersalah menatap Taehee dengan tatapan acuhnya sebelum wanita itu dengan tidak tahu dirinya melangkahkan kaki lebih dulu mendahului orang-orang di sana dan masuk ke dalam rumah

“Kamu liat, Chanyeol?” merasa namanya disebut Chanyeol menoleh menatap ibunya yang terlihat marah “Liat gimana kehadiran Elena memperkeruh suasana?”

Yang ditanya hanya diam sementara Taehee hanya menarik nafas panjang, menghelanya pelan sebelum kemudian ikut masuk diikuti dengan Youngjae di belakang

Sementara Chanyeol hanya menunduk, menghela nafas pelan sebelum kemudian ikut masuk ke dalam

Mereka langsung dipersilahkan duduk di ruang tamu bersamaan dengan Sejin dan Hyunbin -orang tua Baekhyun- yang sudah lebih dulu di sana, selagi pelayan di rumah itu menghidangkan makanan dan minuman untuk menjamu tamu, keheningan yang mencekam melanda di mana Taehee, Youngjae, dan Chanyeol sama-sama tidak berani memandang keluarga Byun di hadapan mereka

“Bibi, tolong panggilkan Baekhyun dan Jongin untuk turun ke bawah”

Samar mereka mendengar bagaimana Sejin menyuruh salah satu pelayan untuk memanggil anaknya dan Chanyeol mengernyit mendengar nama Jongin ada di sana. Tak butuh waktu lama untuk pelayan tersebut kembali turun

“Maaf, nyonya, Tuan Jongin bilang Tuan Baekhyun masih muntah-muntah, jadi butuh waktu sedikit lama untuk turun”

“Yaudah, gapapa, makasih ya, bi”

Pelayan itu mengangguk menundukkan kepala pamit undur diri dari hadapan majikannya itu. Apa yang dikatakannya tadi cukup untuk membuat Taehee sedikit khawatir mendengar kabar Baekhyun

“Baekhyun— sakit?” dan akhirnya memberanikan diri untuk bertanya

Sejin menoleh menatap Taehee dan juga Chanyeol yang kini menatapnya khawatir dan menunggu jawaban. Sejin hanya mendengus tertawa hambar, entah kenapa rasanya aneh melihat mereka terutama Chanyeol harus menunjukkan kekhawatirannya seperti ini, setelah bagaimana Baekhyun dibuat hancur, mereka masih bisa perduli dan merasa khawatir?

“Enggak, namanya juga lagi hamil dan usia kandungannya juga masih muda, jadi muntah-muntah di pagi hari juga udah jadi kebiasaan...”

Kemudian Sejin memusatkan perhatiannya menatap Chanyeol sebelum kembali bicara “...untungnya ada Jongin yang selalu ada di sisi Baekhyun dalam setiap keadaan, jadi di masa-masa sulit kayak gini Baekhyun gak benar-benar melewatinya sendirian, ada Jongin yang selalu nemenin dia termasuk melewati fase-fase trisemester pertama kehamilannya...”

Kemudian Sejin tertawa kecil memalingkan wajahnya mengambil secangkir teh di atas meja “...kadang saya berfikir, andai Baekhyun jatuh cinta dengan pria seperti Jongin, Baekhyun gak akan pernah mengalami kesulitan seperti ini, andai Baekhyun bisa jatuh cinta dengan Jongin yang bisa menghargai dia sepenuhnya, Baekhyun gak akan pernah mengalami yang namanya perceraian, apalagi dalam keadaan hamil seperti sekarang”

Mendengar itu jelas menampar Chanyeol dengan telak dan semakin menumbuhkan perasaan bersalah di dada orang tua Park itu

Taehee menunduk dalam sementara Youngjae mulai angkat bicara “Kami minta maaf...” namun belum sempat pria paruh baya itu melanjutkan, Sejin lebih dulu menggeleng, meletakkan kembali segelas teh dalam genggamannya

“Jangan minta maaf sekarang, yang lebih berhak mendengar permintaan maaf kalian itu Baekhyun, kalian sama sekali tidak punya urusan dengan saya, kalau bukan karena Baekhyun yang memohon-mohon agar saya menerima kedatangan kalian, saya juga tidak akan pernah perduli dengan eksistensi kalian, apalagi setelah melihat bagaimana cara kalian datang justru membawa wanita yang menjadi salah satu sumber rasa sakit anak saya, saya makin kehilangan respect dengan kalian—”

Keluarga Park hanya diam membiarkan wanita yang menyandang marga Byun itu kembali bicara

”...Anak saya terlalu tulus, dia mungkin memaafkan kalian, tapi hati saya tidak selapang itu, akan sulit untuk saya memaafkan siapapun yang menyakiti anak saya, jadi kalau kedatangan kalian ke sini hanya untuk minta maaf silahkan minta maaf ke Baekhyun, karena saya sama sekali tidak ada urusannya dengan kalian”

“Bunda?”

Dan tepat setelah Sejin menyelesaikan perkataannya, seseorang memanggil dan di sana Baekhyun dengan Jongin merangkul pundak pria mungil itu berjalan menuju ruang tamu dengan wajah pucatnya

Sejin berdiri mendekat seraya menatap wajah anaknya sendu, mengusap kepalanya dengan lembut “Masih mual, nak?”

“Sedikit, mama sama papa udah dateng?”

Kepalanya menoleh, matanya mencoba melihat ke arah ruang tamu dan di sana ada Youngjae dan juga Taehee yang sedang menatapnya dengan senyuman lirih membuat Baekhyun hanya balas tersenyum bersamaan dengan matanya yang mulai melirik ke arah Chanyeol yang kini juga menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan

Untuk beberapa saat, Baekhyun merasakan debaran yang belakangan tidak ia rasakan, namun kali ini debarannya tidak terlalu menyenangkan, entahlah, setelah kurang lebih sebulan tidak bertemu ada rasa rindu yang begitu dalam melanda hatinya, namun di saat yang bersamaan dirinya juga harus merasakan debaran sesak ketika mengingat pria yang ia rindukan itu adalah pria yang menyakitinya, pria yang menghancurkannya di hari bahagianya

Tatapannya beralih ketika Baekhyun menyadari pergerakan seorang wanita yang duduk di samping Chanyeol, dengan tatapan angkuhnya bergerak merangkul lengan Chanyeol seolah menunjukkan bahwa pria itu adalah miliknya

Menyadari itu, Jongin mengusap pundak Baekhyun membuatnya menoleh dan dibalas senyuman oleh pria yang lebih tinggi

Ada rasa tidak nyaman dan juga ketidak sukaan di hati Chanyeol ketika pria itu melihat bagaimana Jongin mengusap pundak mantan suaminya, memberinya senyuman seolah menenangkannya

Hingga Baekhyun berbalik, mencoba memasang senyum terbaiknya berjalan menuju ruang tamu dan segera menyambut Taehee yang kini sudah berlinang air mata

“Nak...”

Tinggal beberapa langkah dan Taehee sudah berdiri menghampiri Baekhyun dan memeluknya erat, menangis di sana sementara Baekhyun membalas pelukannya hangat sambil tangannya bergerak mengusap punggung Taehee dengan lembut

“Mama rindu sekali dengan kamu, nak”

Baekhyun mengangguk dalam pelukannya mengatakan bahwa ia juga merindukan ibu mertuanya itu, tak lama mereka saling berbagi rindu, mereka saling melepas pelukannya ketika kini Baekhyun beralih menatap ayah mertuanya dan tersenyum ketika Youngjae juga merentangkan tangannya dan langsung disambut dengan Baekhyun yang masuk ke dalam dekapannya

“Gimana kabarmu, nak?”

“Aku baik, pa. Puji Tuhan”

Dan tak lama setelahnya mereka juga saling melepas pelukannya, duduk di sofa ruang tamu dengan Baekhyun berasa di samping mantan ibu mertuanya itu

Taehee sendiri tidak bisa untuk tidak menangis, menatap Baekhyun penuh rasa bersalah dengan tangannya yang mengusap telapak tangan Baekhyun dengan lembut

“Sayang, mama benar-benar minta maaf, maaf karena kamu harus banyak melewati kesulitan, kamu anak baik dan tulus tapi kamu harus mengalami banyak kesulitan dan kekecewaan karena ketidak mampuan mama dalam mendidik anak, mama minta maaf sayang”

Baekhyun menggeleng mencoba tersenyum dengan lembut “Ma, kita udah bahas ini, mama gak salah, gak ada yang salah, udah ya gapapa...”

Namun Taehee tetap menangis dengan Baekhyun yang berusaha menenangkan, sementara Sejin hanya diam melihat pemandangan di depannya dingin sebelum tatapannya beralih memandang pada sosok pria yang kini tengah menatap Baekhyun dengan tatapan yang sulit diartikan

Sejin mendengus sebelum membuka suaranya “Ini yang merasa bersalah orang tuanya aja? Pelaku utamanya?”

Dan Chanyeol tahu bahwa ungkapan itu untuknya. Baekhyun menoleh menatap Chanyeol yang kini menatapnya sendu, matanya tak bisa berbohong ketika Baekhyun bisa menangkap rasa bersalah pada kedua manik hitam yang pernah dan masih ia cintai saat ini. Bibir tebalnya juga mulai terbuka hendak berbicara sebelum Elena lebih dulu memulai percakapan

“Saya mewakilkan calon suami saya untuk meminta maaf...” dan semua pasang mata mulai memusatkan perhatiannya, menatap perempuan itu dengan tatapan dingin

”...terutama untuk Baekhyun, maaf karena kesalahan kami berdua seperti yang mama Park bilang lo jadi harus mengalami banyak kekecewaan, gue mengakui apa yang gue dan Chanyeol lakukan sama sekali tidak bisa dibenarkan, but in case lo gatau, semuanya juga berawal dari lo sendiri, kenapa Chanyeol bisa berpaling dan lebih milih gue dari pada lo”

“Elena...” Chanyeol bersuara hendak menginterupsi tapi Elena tidak berniat untuk berhenti, malah semakin merasa menang ketika perlahan ia menyadari bahwa semua pasang mata mulai menatapnya tajam

“Kami kembali bertemu tepat ketika akhirnya gue punya kesempatan pulang dari Amerika, lo pikir setelah gue pulang apa kami langsung menjalin hubungan? Jawabannya engga, malah Chanyeol sempet dengan jelas bilang kalo dia punya suami, dia nolak ketika gue minta balikan sama dia, cuma sayangnya, lo ini sebagai suami gak tau diri banget, bisanya nyusahin, sampe Chanyeol mulai jenuh dan akhirnya setuju untuk menjalin hubungan sama gue...”

“Elena” Chanyeol mulai geram namun Elena tetap tidak perduli

“Bukan sepenuhnya salah Chanyeol kalau dia pada akhirnya memilih mencari kesenangan lain, sama lo dia tertekan, gak salah kan ketika dia nyari hiburan? Terlebih waktu itu lo masih cacat, you know what i mean? Lo masih susah buat hamil, jadi ya— pada akhirnya Chanyeol juga punya anak dari gue...”

“Kurang ajar kamu” Sejin maju hendak menampar perempuan itu sebelum Baekhyun bergera menahan ibunya

Elena sendiri hanya terkekeh “Jadi, ya— Chanyeol gak sepenuhnya salah, kalau aja dulu Baekhyun bisa lebih jadi sosok suami yang mengerti, bisa jadi sosok suami yang menyenangkan, bisa jadi sosok suami sempurna, Chanyeol juga gak akan mudah berpaling kan? Jadi di sini gue cuma mau menegaskan kalau Chanyeol gak sepenuhnya salah, lo jangan cuma nuntut permintaan maaf ketika semua sumber rasa sakit lo juga dari diri lo sendiri, itu aja”

“Engga, maaf, Baekhyun...”

“Bener, bener banget, makasih kak el, udah menegaskan bahwa di sini yang menciptakan semua rasa sakit, kekecewaan, dan kesulitan yang aku alami itu bersumber dari aku sendiri, makasih. Kakak bener, bukan salah mas Chanyeol kalau dia berusaha mencari apa yang dia rasa kurang dan mencari hiburannya sendiri, aku tau, karena itu selama beberapa bulan aku coba intropeksi diri, tapi kak, kamu lupa satu hal...”

Elena terdiam sementara Baekhyun kembali bicara

”...pada dasarnya kita hidup dalam banyak pilihan, mas Chanyeol memilih untuk mencari kesenangan yang gak bisa dia dapetin dari aku, aku hargai pilihan dia selagi aku mencoba memperbaiki diri, dan itu sama kayak kamu, kamu punya pilihan untuk tahu batasan, kamu punya pilihan untuk gak mengusik dan bisa menolak bentuk hubungan apapun dengan mas Chanyeol, bukannya kamu tau kalau mas Chanyeol sudah punya status sah sebagai suami aku?”

Elena masih terdiam pun dengan orang-orang di sana yang melihat bagaimana Baekhyun dengan tenang membalas perkataan Elena

”...kak, kalau kamu punya moral, ketika kamu tahu bahwa mas Chanyeol sudah terikat sebuah hubungan, kamu bakal mundur, kamu punya pilihan untuk mundur, tapi apa pilihan yang kamu ambil saat itu? Kamu milih maju, menerima pilihan mas Chanyeol untuk mencari kesenangannya di kamu bahkan dengan tindakan sejauh ini, kamu gak sadar tapi status dan gimana cara kamu membanggakan diri ketika akhirnya kamu yang berhasil sepenuhnya memiliki mas Chanyeol, cukup membuat aku tau dan paham bahwa martabat kamu serendah itu sebagai seorang perempuan, kamu gak punya harga diri dan moral, dan itu cukup memalukan buat dibanggakan”

Elena mengepalkan tangannya kuat sementara orang-orang yang ada di sana menatap kagum pada sosok Baekhyun yang masih dengan tenang menghadapi Elena di depannya, wanita itu kemudian berdiri menarik lengan Chanyeol untuk ikut berdiri sambil mencoba tersenyum menatap Baekhyun dengan kesal

“Makasih buat gimana cara lo nyebut gue sebagai perempuan gak tau malu, gak punya harga diri dan sematan lain yang lo sebutkan, tapi perlu lo tau, cewek yang gak dengan martabat rendah ini yang jadi pilihan mantan suami lo”

Baekhyun hanya diam sementara Elena terlihat mengeluarkan sesuatu dari tasnya sebelum kemudian melemparkan sebuah surat undangan ke atas meja

“Minggu depan gue bakal tunangan sama Chanyeol, jadi dengan penuh ketulusan gue berharap lo bisa dateng, seenggaknya buat nyaksiin gimana mantan suami lo ini pada akhirnya bisa menjemput kebahagiaannya dengan cewek bermartabat rendah ini”

Elena tersenyum namun tak dapat dipungkiti bahwa hatinya panas bukan main, ditambah melihat bagaimana Baekhyun tetap terlihat tenang tanpa berniat membalas lebih membuatnya semakin kesal

“Kita pulang” Elena mencoba menarik Chanyeol dari sana, namun mata pria itu tak bisa lepas menatap Baekhyun penuh rasa sesal dan juga rasa bersalah, dia ingin meminta maaf tapi entah kenapa lidahnya terasa kelu bahkan sekedar untuk memanggil nama pria mungil itu

Sejin sendiri sudah kehilangan kesabaran “Lebih baik kalian juga pulang, tolong urus anak dan calon menantu kalian dengan baik”

Taehee tidak bisa menahan malu dan rasa menyesalnya, pun dengan Youngjae yang pada akhirnya keduanya hanya bisa menunduk merasa bersalah hendak ikut keluar sebelum suara Baekhyun menginterupsi

“Mas Chanyeol”

Langkah semua orang terhenti pun dengan Chanyeol yang kini berbalik menatap Baekhyun yang berjalan mendekat ke arahnya dan menyerahkan secarik foto yang memang dari awal ia bawa

“Ini foto anak kita, aku baru periksa lusa kemarin, usianya udah 8 minggu, kata dokter dia sehat—”

Chanyeol menerima foto itu dengan dada bergemuruh, jantungnya berdebar keras ketika dirinya bisa melihat satu titik hitam yang ia yakini adalah darah dagingnya sendiri

”—hubungan kita memang udah selesai, tapi hubungan darah gak akan pernah bisa diputus, semarah apapun, sekecewa apapun aku sama kamu, kamu tetap ayah anakku, hati aku gak bisa setega itu buat bikin kamu kehilangan hak sebagai ayahnya”

Chanyeol beralih menatap Baekhyun dengan rasa sesak, memandang pria mungil itu berlinang air matanya, tak jauh dari Chanyeol, Baekhyun pun juga mulai berlinang air mata

“Maaf, harus nunggu nyaris dua tahun untuk bisa kasih kamu ini, terlepas kita yang udah gak punya hubungan apapun, tapi anak ini tetep anak kamu juga, jadi kamu gak perlu khawatir, ketika anak ini lahir aku pasti bakal tetep ngenalin kamu sebagai ayahnya, kalau kamu mau...”

Chanyeol menitikkan air matanya, jujur, rasanya lebih menyiksa ketika Baekhyun justru masih memperlakukannya dengan baik seperti ini

“Baekhyun...”

“Bahagia selalu ya, mas. Selamat juga buat pertunangan kamu, aku bakal usahain dateng kalau aku bisa”

“Udah, Yeol, ayo pulang” tidak ingin berlama-lama di sana Elena menarik tangan Chanyeol untuk segera pergi dari sana sementara Baekhyun mulai menitikkan air matanya sepeninggal Chanyeol juga keluarganya dan di saat itu juga Jongin mendekat menarik Baekhyun untuk mendekapnya dengan lembut

“Mas...”

“You did well, Hyun. Gapapa, pelan-pelan nanti lo pasyi bisa damai sama rasa sakit lo, pelan-pelan lo coba buat lepasin Chanyeol, gapapa semua butuh proses, lo hebat banget, Baekhyun, makasih udah jadi kuat ya”