Setelah memeriksakan kandungan, Chanyeol dan Elena pergi dari sana, segera menaiki mobil untuk pergi ke salah satu restauran china yang tak jauh dari lokasi rumah sakit tempat Elena memeriksakan kandungannya secara rutin
Kebetulan perempuan itu memang sedang ingin melahap menu masakan China dan Chanyeol tidak merasa keberatan untuk menurutinya
Sesampainya di sana, merasakan Elena agak sulit bergerak membuat Chanyeol dengan inisiatif meraih pinggang ramping perempuan itu dan mengusap pelan sisi perut buncitnya sebelum kemudian berjalan beriringan masuk ke dalam restaurant untuk menyantap makan siang mereka
Manik kecoklatannya menerawang, mencoba mencari tempat duduk kosong sebelum tatapannya terpaku ketika melihat Baekhyun dan juga seorang pria yang ia tahu adalah Jongin juga sedang makan di tempat yang sama
Perempuan itu menunjukkan senyum penuh arti, menoleh menatap Chanyeol yang terlihat masih mencari-cari tempat duduk
“Di sana yuk, Yeol”
Chanyeol menoleh mencoba mengikuti ke mana arah yang Elena tunjuk dan pria itu terdiam ketika di sana ia melihat Baekhyun dan Jongin sedang makan bersama sambil berbincang ringan di meja tak jauh dari tempat mereka berdiri
Pria bermarga Park itu terdiam untuk beberapa saat sebelum kemudian menghembuskan nafas pelan “Kita cari tempat duduk yang lain, di lantai atas juga pasti banyak kursi kosong...”
“Ngapain repot-repot ke atas kalau di bawah aja ada, bikin capek doang kalo ke lantai atas mah”
Chanyeol diam sebelum Elena kembali membuka suaranya “Lagian kenapa sih? Kita juga kan di sini cuma mau makan siang, gabung sama mereka emang apa salahnya?”
Chanyeol tetap diam tidak menjawab membuat Elena terus berbicara
“Lagian kamu lupa ya? Beberapa hari yang lalu, pas kamu entah lagi kemasukan setan apa, kita deep talk dan kamu bilang kamu bakal berusaha buat selalu prioritasin aku di atas apapun, kamu bakal nurutin semua kemauan aku, ini permintaan sederhana, kamu mau nolak?”
“El...”
“Kamu bilang kamu bakal lupain Baekhyun dan bener-bener menjaga batasan kamu sama dia, tunjukin ke aku, tunjukin kalau kamu gak bakal merasa canggung dan bener-bener bisa gak nganggep keberadaan Baekhyun, tunjukin kalau bahkan walaupun kalian ketemupun, kamu bisa ketemu dia tanpa pakai perasaan, bisa kan?”
Chanyeol hanya diam menatap Elena dengan tatapan yang sulit di artikan, bukan ia tidak ingin bertemu Baekhyun hanya saja, bertemu pria mungil itu tanpa melibatkan perasaan benar-benar sulit, melihat Baekhyun hanya akan membuat Chanyeol semakin merindukannya, bertemu Baekhyun dengan Jongin hanya akan membuatnya semakin iri dan menyesal bukan main
Tapi Elena seakan tidak perduli dan tidak ingin tahu, wanita itu menatap Chanyeol dengan tatapan manisnya, tersenyum meminta Chanyeol untuk menurutinya hingga Chanyeol hanya bisa menghela nafas pelan sebelum kemudian mengangguk
Elena tampak senang, merangkul mesra pinggang Chanyeol bersamaan dengan Chanyol yang juga merangkul pinggang ramping wanita di sampingnya
Sementara di saat yang bersamaan Baekhyun tengah melahap nasi hainan di depannya dengan lahap, dengan Jongin di depannya yang hanya tersenyum pelan mengunyah dimsum miliknya sambil menatap Baekhyun dengan lembut
“Pelan-pelan, Hyun. Gak bakal ada yang ngambil makanan lo sama adek bayi, jangan buru-buru”
Jongin terlihat menggeser beberapa piring kecil berisikan sayuran di meja mereka, menyumpit beberapa dan meletakkannya di pinggir piring milik Baekhyun
“Sayurannya juga di makan ya, papa”
Baekhyun terkekeh, mengunyah pelan nasi yang ia lahap menatap pria yang duduk di hadapannya
“Kamu juga makan, mas. Dari tadi didiemin aja dimsumnya”
“Kenyang gue liat lo makan kayak orang gak makan 3 hari”
“Sembarangan, aku lahap begini kan karena satu porsinya bagi dua, makanannya gak cuma masuk ke perut aku tapi masuk ke perut adek bayi juga, ya wajar lah kalau aku makan banyak”
Jongin tertawa kecil “Iya elah sensitif banget, di makan juga nih sayurnya, makan deh yang banya kalau mau dimsum juga lo aja yang makan, mumpung lagi nafsu, nanti kalau lagi susah bisa gak makan lo sampe berhari-hari”
“Nah, tuh tau”
Baekhyun melanjutkan makannya sementara Jongin hanya menggeleng, terkekeh pelan meraih sumpitnya baru saja hendak memasukkan satu buah dimsum ke dalam mulutnya
Sayangnya, pergerakannya harus terhenti ketika sebuah suara menginterupsi pergerakannya
“Long time no see, Baekhyun”
Merasa familiar, Jongin menoleh mendapati Elena yang kini juga menatapnya dengan Chanyeol di samping perempuan itu “And long time no see, Jongin”
Suasana seketika menjadi suram, kontras dengan bagaimana Elena menunjukkan wajah cerahnya, Jongin menoleh menatap Baekhyun yang kini justru terlihat sendu ketika menyadari bagaimana pasangan di depannya saling merangkul dengan mesra
Tanpa alasan Jongin merasa marah, setelah semua hal yang pasangan gila itu lakukan, apa tidak cukup sampai mereka harus mengganggu ketenangan Baekhyun seperti ini?
“Kalian ngapain di sini?”
Ketara, Jongin terdengar tidak bersahabat dan baik Chanyeol maupun Elena menyadari itu, namun seolah tidak punya malu Elena hanya tertawa kecil menatap Jongin dengan dramatis
“Well— kalau ada di restoran ya berarti jelas kan, ngapain?”
“To the point, lo ngapain nyamperin Baekhyun?”
“Mas Jongin” Baekhyun seolah mengingatkan Jongin untuk tidak berbicara dengan ketus membuat pria itu hanya bisa diam sementara Elena kembali bicara
“Tadi abis pulang konsul rutin, ya kebetulan gue sama anak gue lagi pengen makan masakan china, ya resto yang paling deket di sini, ternyata rame, dan kita liat kayaknya tempat lo sama Baekhyun masih cukup buat dua orang lagi, jadi— ya, mau minta gabung aja sih, gapapa kan?”
“Di atas masih banyak kursi kosong”
“Gue hamil kalo lo lupa, capek harus naik tangga cuma buat makan siang doang”
Jongin hanya diam menunjukkan ketidak sukaannya namun Elena tidak perduli “Lagian lo kenapa sih, kayak gak suka banget kalo gue gabung, Baekhyun aja keliatannya gak masalah, iya kan, Hyun?”
Kini semua pasang mata menatap Baekhyun serempak. Jongin adalah yang pertama kali Baekhyun tangkap dengan tatapannya, bisa ia lihat jelas bahwa secara tersirat pria berkulit tan itu berharap bahwa Baekhyun menyampaikan keberatannya
Kemudian manik coklatnya beralih menatap Chanyeol yang juga menatapnya sulit di artikan. Entahlah, Baekjyun sendiri merasa keberatan, tanpa alasan melihat bagaimana Chanyeol dan Elena saling merangkul dengan mesra di depannya membuat dirinya merasa tak nyaman
Entah rasa tak nyaman seperti apa yang ia maksud, hanya saja Baekhyun merasa iri juga sesak secara bersamaan, di saat beberapa kali dirinya menahan diri untuk tahu batasan untuk tidak bertemu dengan Chanyeol saat anak dalam kandungannya benar-benar ingin, Elena selalu dengan mudah mendapatkan itu
Mendapatkan usapan lembut Chanyeol, mendapatkan rangkulan penuh kasih yang Baekhyun inginkan...
“Baekhyun?”
Mendengar Elena kembali bertanya membuat Baekhyun tersadar dari lamunannya, berdehem sekali dan mengangguk “Ya, silahkan— mas, kamu sini pindah samping aku”
Jongin tampak tidak terima dengan bagaimana Baekhyun mengambil sikap yang hanya akan berujung menyakiti diri sendiri, namun Jongin tidak punya pilihan untuk menurut, berdiri dan berpindah tempat di samping Baekhyun yang kini tangannya dengan sigap ikut memindahkan makanan dan minuman milik Jongin
Sementara Elena mulai duduk, dibantu Chanyeol, mulai memesan beberapa menu kemudian menatap Baekhyun sekilas sebelum kemudian perempuan itu mencoba menjadi dramatis
“Yeol, punggungku sakit bisa usapin sebentar gak?”
Dan itu jelas tidak luput dari pandangan Baekhyun, bagaimana Chanyeol dengan lembut mengusap punggung Elena
Jongin menoleh melihat bagaimana pria mungil yang ia cintai itu terlihat iri namun Jongin hanya diam memendam rasa ibanya pada Baekhyun dan marahnya pada dua pasangan gila di hadapannya
Jongin meghela nafas panjang, kembali menggeser beberapa piring kecil berisikan sayuran, dengan sumpitnya memindahkan sayuran-sayuran itu dan meletakkannya di pinggir piring milik Baekhyun
“Makan...”
Baekhyun menoleh menatap Jongin yang tersenyum teduh menatapnya “Nanti abis ini kita beli es krim ya? Terserah mau rasa apa aja dan sebanyak apapun”
Baekhyun tersenyum, ketika Jongin mengusap kepalanya dengan lembut, seolah tahu bagaimana perasaannya saat ini, Jongin terlihat mencoba memperbaiki moodnya menawarkan kesukaan Baekhyun dan mengusap kepalanya dengan lembut yang secara bergantian kini mengundang tatapan iri dari pria bermarga Park yang kini tidak bisa melepaskan tatapannya dari Baekhyun
Melihat itu Elena hanya terkekeh “Ngomong-ngomong gue denger dari Chanyeol, lo sempet masuk rumah sakit, udah sembuh?”
Baekhyun menoleh dan mengangguk “Beberapa hari yang lalu emang disuruh bed rest selama sehari, jadi sekarang udah baik-baik aja”
“Ah puji Tuhan, kalau lo dan anak lo udah baik-baik aja— by the way, usia kandungan kita sama kan ya? Udah tau jenis kelaminnya?”
Lagi, Baekhyun hanya mengangguk
“Oh wow, apa jenis kelaminnya?” dan kali ini Chanyeol yang terlihat antusias
“Laki-laki” dan jawaban Baekhyun sukses membuat Chanyeol tidak bisa menahan bibirnya untuk tidak tersenyum, mengetahui bahwa anak dalam kandungan mantan suaminya adalah seorang jagoan
“Wow so kita kebalik, anak kami perempuan” dan Elena mengusap perut buncitnya menatap Baekhyun dengan tatapan liciknya “Kami terutama Chanyeol seneng banget pas tau tentang ini, apalagi dari jaman pacaranpun Chanyeol selalu bilang kalau dia cuma mau anak perempuan...”
Chanyeol mengernyit bingung, tapi Elena hanya bersikap tidak tahu apa-apa dan tetap menatap Baekhyun yang kini terlihat sendu
“Since lo mantan suaminya lo pasti tau beberapa hal tentang Chanyeol dan gue— kayak negara impian kami untuk menikah termasuk jenis kelamin calon anak kami di masa depan, dari dulu Chanyeol selalu pengen punya anak perempuan dan akhirnya semuanya tercapai, kadang gue harus berterima kasih banget sih sama lo, Hyun, karena lo udah mau dengan rela dan gak egois mempertahakan orang yang sama sekali gak punya perasaan sama lo....”
”...lo liat sekarang, Chanyeol bahagia sama gue dengan semuanya, impiannya semua tercapai termasuk anak perempuan, jadi maaf maaf aja kalau setelah lahirpun mungkin anak lo bakal kurang dapet perhatian, Chanyeol sendiri mungkin lebih sayang anak gue dari pada anak lo”
“El, kamu ngomong apa sih?”
“Apa sih sayang, gak usah pura-pura gak pernah ngomong deh, kamu sendiri yang bilang kamu lebih bahagia sama hubungan kamu yang sekarang, semuanya lengkap, aku, putri kita, tinggal ke swiss aja yang belum tercapai ya?”
“El...”
Cup, dan Elena dengan tidak tahu malu mencium bibir Chanyeol membuat Chanyeol hanya menatapnya bingung “Diem kan akhirnya, kalau mau minta cium bilang, jangan alesan dalih nyangkal ucapan aku” dan setelahnya Elena kembali mencium bibir sang tunangan kali ini disertai lumatan kecil
Baekhyun menunduk, merasakan sakit hatinya berkali-kali lipat, fakta bahwa dirinya bahkan tidak bisa memberikan anak yang Chanyeol impikan, dan dengan fakta bagaimana pasangan itu terlihat begitu mesra di hadapannya membuatnya semakin sakit dan paham bahwa Chanyeol tidak pernah menginginkannya
Melihat itu membuat Jongin menggeram menahan marahnya, meraih tangan Baekhyun di bawah meja dan menariknya untuk berdiri, pergerakan itu jelas menarik perhatian Chanyeol dan Elena yang kini mengakhiri ciumannya
“Pertama gini ya, gue gapaham sebenernya apa tujuan kalian minta gabung makan siang gini itu bener-bener untuk makan siang sambil ngobrol atau emang sengaja memperkeruh suasana, gue tegasin aja apa yang kalian lakuin sama sekali gak pantes, kalian bahkan baru tunangan, belum punya hubungan sah di mata hukum tapi dengan gak tau malunya ciuman di tempat umum kayak gini, maksudnya apa? Mau pamer kemesraan?—”
Jongin mendengus menatap keduanya remeh “— maaf, daripada keliatan mesra, kalian lebih keliatan menjijikkan di mata gue, dan lagi urusan jenis kelamin anak, gue gak tau ya lo beneran atau engga tapi masalah perhatian dari siapapun gak perlu lo khawatirin, anak Baekhyun dinantikan dan bakal disambut sama banyak orang, kehilangan perhatian dan kasih sayang ayah biologisnya gak bakal menjamin segala hal, dengan atau tanpa itu anak Baekhyun bakal selalu jadi anak yang lebih bahagia dari anak lo”
Elena mengepalkan tangannya kuat sementara Chanyeol menggeleng “Engga, demi Tuhan, gue gak pernah ngomong...”
“Ayo, Hyun, pulang”
Tidak berniat mendengar apa yang Chanyeol ucapkan, Jongin lebih memilih menarik tangan Baekhyun pelan meninggalkan restoran itu sementara Chanyeol menatap Elena marah
“Maksud kamu apa sih ngomong kayak gitu? Aku gak pernah ada ngomong pengen punya anak perempuan, semuanya sama aja buat aku”
“Terus kenapa? Aku ngomong juga untuk mempermudah keadaan kamu, kamu sendiri janji kan mau menjaga batasan dan tahu diri tentang status kalian, this, setelah ini juga Baekhyun pasti mulai menjauh”
“Gak gini caranya, El”
“Terserah, udah deh aku mau pulang”
Elena bangkit dari duduknya, pergi meninggalkan Chanyeol yang hanya menggeram frustasi sebelum akhirnya pria itu ikut bangkit menyusul Elena yang sudah keluar restoran
Sementara Jongin dan Baekhyun hanya diam, duduk di kursi mobil dalam keheningan. Pria bermarga Kim itu hanya diam tanpa suara menatap Baekhyun yang hanya menunduk tanpa kata di tempatnya
“Baekhyun”
Dan tepat setelahnya Jongin bisa melihat dengan jelas, bahwa Baekhyun menitikkan air matanya membuat Jongin semakin marah dan sakit melihat bagaimana pria yang ia cintai harus kembali menangis
“Hyun, udah jangan nangis”
Baekhyun sendiri hanya diam, beberapa kali mencoba menghapus air matanya namun nihil, dirinya tetap tidak bisa berhenti menangis membuat Jongin menghela nafas pelan sebelum kemudian berbicara
“Hyun, dengerin gue, sini liat...” dengan wajah merahnya Baekhyun menoleh menatap Jongin yang menatapnya teduh
”...apa yang mereka omongin gak perlu lo dengerin dan telen mentah-mentah, lo sendiri tau Elen itu gimana, yang harus lo tanamin adalah dengan atau tanpa perhatian dan kasih sayang Chanyeol, anak lo bakal tetep bahagia...”
”...gue paham, lo mungkin sakit hati dan bakal merasa kurang, gue gak menutup mata tentang gimana kerasnya perjuangan lo buat punya anak sama Chanyeol, gimana kerasnya lo berjuang mau kasih kebahagiaan buat Chanyeol, sayang saat kebahagiaan itu ada justru lo harus pisah sama dia, dan ternyata kebahagiaan yang dengan susah payah mau lo kasih gak sesuai harapan Chanyeol, gue paham gimana perihnya lo sekarang ini...”
”...tapi, Hyun, coba lo pikirin sekarang apa yang lebih penting dari kebahagiaan lo dan anak lo, gak ada, sejak Chanyeol ninggalin lo, dia emang gak kehilangan haknya sebagai seorang ayah, tapi dia gak punya hak buat nuntut lo untuk merealisasikan impian dia...”
Baekhyun diam hingga Jongin kembali melanjutkan perkataannya
”...lo sama Chanyeol udah gak punya hubungan apapun lagi, lo gak perlu merasa kurang, lo gak perlu merasa gak sempurna karena yang harus lo pikirin sekarang cuma kebahagian lo dan anak lo. Lo papa yang hebat Baekhyun, bisa bertahan sejauh ini, berjuang ngerawat adek bayi sendirian dengan baik...”
Baekhyun diam membiarkan Jongin yang kini mengusap kepalanya dengan lembut
“Lo sama adek bayi harus bahagia ya, hm?”
Baekhyun mengangguk, merasakan dirinya lebih tenang dan bisa berhenti menangis “Makasih ya, mas. Maaf kalau aku susah banget ngendaliin perasaan aku”
“No, gak perlu minta maaf, apa yang lo rasain valid, wajar, gue paham— sekarang kita beli es krim ya? Mau kan?”
“Tadi katanya mau berapapun boleh kan?”
“Emang lo mau berapa?”
“Sepuluh?”
Jongin mengenyit ngilu membayangkan makanan manis itu dengan jumlah yang Baekhyun sebut
“Agak ngeri ya, itu adek bayi apa gak beku di dalem, lo juga gak batuk emang? Aduh bayanginnya aja udah ngilu”
“Kan, kamu yang nawarin, aku lagi sedih loh, mas. Butuh es krim”
Baekhyun memasang wajah murungnya membuat Jongin terkekeh “Yaudah liat nanti aja deh ya, lagian gue juga gak yakin sih bakal abis semua, waktu itu beli lima juga yang di makan cuma dua”
“Kalau sekarang aku beneran mau”
“Haha yaudah iya iya, kita beli sepuluh, gue ga tanggung jawab nih ya kalo tiba-tiba malem-malem lo ngetok kamar gue ngeluh perutnya kram atau gimana...”
“Ih kok jahat”
“Kan, lo yang nyari penyakit”
“Ish yaudah deh beli dua aja”
Jongin tertawa kecil “Anak baik, anak pinter” kemudian pria itu mencondogkan tubuhnya, menarik seatbelt milik Baekhyun dan memasangkannya
“Okay, kita berangkat ya”
“Hm”
“Gak usah ngambek, jelek”
Dan akhirnya mereka pergi dari sana mencari kedai es krim dengan perasaan yang lebih baik