Zenaya

Chanyeol memarkirkan mobilnya terburu-buru di depan rumah besarnya, dengan tergesa turun dan melangkah lebar berjalan masuk hendak menuju ruang kerjanya dan mengambil berkas yang dibutuhkan

Berkali-kali pria bermarga Park itu melihat jam tangannya, khawatir membuat kolega bisnisnya menunggu terlalu lama, pria itu berjalan gusar menuju ruang kerja sebelum langkahnya terhenti tepat di depan kamar tidurnya

Chanyeol terdiam mengernyit heran merasa ada yang salah ketika ia mendengar suara tidak senonoh dari dalan kamarnya membuat pria itu terdiam untuk beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan untuk mendekat, terdiam di depan pintu dan terhenyak ketika suara desahan yang bersahutan terdengar begitu jelas di telinganya dan Chanyeol merasakan jantungnya bertalu dengan cepat ketika ia tahu siapa pemilik suara itu

Tangannya mengepal, pria itu mencoba memikirkan kemungkinan apa saja yang terjadi dengan harapan bahwa dugaannya salah, namun sayangnya, ketika tangan kekarnya meraih kenop pintu membukanya tanpa permisi, amarah langsung memenuhi rongga dadanya, ketika dengan jelas pria itu bisa melihat di dalam kamarnya, di atas ranjangnya ada Elena yang tampak mendesah hebat menikmati bagaimana seorang pria menghantam kepemilikannya dengan keras di atasnya

“Brengsek!”

Dan sesaat ketika Chanyeol bersuara, dua orang yang tengah beradu kehangatan itu menoleh

Elena melotot terkejut sementara Jaehwan dengan cepat melepas kepemilikannya memakai bajunya bersamaan dengan Elena yang menarik selimut untuk menutupi tubuhnya

Pandangan Chanyeol gelap, pria itu dengan amarah menggebu mendekat, tidak memberi kesempatan Jaehwan untuk menyelesaikan diri memakai pakaiannya dengan benar dan waktu seakan berlalu dengan cepat ketika Chanyeol memberikan bogeman mentahnya di rahang Jaehwan dengan keras

“Bajingan, berani-beraninya lo napakin kaki lo di rumah gue cuma buat buang-buang sperma sampah lo itu”

BUGH

lagi, Chanyeol memberikan pukulan telak merasakan dirinya tidak bisa lagi menahan emosinya, namun Jaehwan bergerak cepat, berusaha sebisa mungkin untuk menahan tubuh agar tidak tersungkur, meraih bajunya dan berlari keluar meninggalkan Chanyeol dan Elena yang hanya bisa meremat selimutnya ketakutan

Ketika melihat bagaimana Chanyeol, di hadapannya dengan wajah memerah dan rahang mengeras tampak mengepalkan tangannya kuat

“Ch— Chanyeol...” dan perempuan itu semakin ketakutan ketika Chanyeol menoleh menatap Elena dengan tatapan paling dingin yang pernah perempuan itu lihat

“Ch—chanyeol.. A-aku... Bisa... Bisa jelasin... Aku...”

“Apa yang mau lo jelasin?”

Elena terhenyak di tempatnya menatap bagaimana Chanyeol melihatnya dengan tatapan yang sulit di artikan

“Apa yang mau lo jelasin ketika semuanya jelas banget di mata gue, apa yang mau lo jelasin ketika gue denger dan liat sendiri gimana lo mendesah kenikmatan di atas ranjang gue, pembelaan apa yang kali mau lo kasih?”

Elena semakin merematkan jemarinya, menggenggam selimut dengan erat merasakan dirinya semakin ketakutan

“Chanyeol... Aku... Aku bakal jelasin....”

“APALAGI YANG MAU LO JELASIN, SETAN!”

dan Elena menangis ketika Chanyeol megambil bingkai fotonya di atas nakas dan dengan murka melemparnya ke atas tembok tempat Elena bersandar

“Gue udah cukup sabar ya, jangan lo pikir gue gak tau kalau lo pernah main di belakang gue, hs sama orang selain gue, tapi gue dengan bodohnya gak berkomentar apapun karena gue pikir gue salah karena gue ada andil kenapa lo bersikap kayak gitu, gue mencoba memaklumi dan gak perduli meski harusnya hari itu gue gak mentolerir apapun...”

”...tapi setelah gue bertekad buat memperlakukan diri lo dengan baik, gue turutin semua kemauan lo, bahkan dengan berat hati gue menyanggupi permintaan lo biar gue ngejauhin Baekhyun, tapi lo justru makin bertindak gak tau malu, makin gak tau diri bawa cowok lain ke rumah gue dan hs sama orang itu di ranjang gue, di ranjang gue, el! Lo bener-bener gak tau diri ya!”

Elena hanya menangis meremat selimutnya kuat merasa ketakutan sementara Chanyeol terlihat sama sekali tidak perduli

“Berarti bener kata Jia dulu kalo lo pernah main di belakang gue, iya kan? Dan lo— ke Amerika ninggalin gue bukan karena masalah pekerjaan ayah lo, bukan juga karena lo sakit, iya kan?”

Elena tidak menjawab, Chanyeol melihatnya berbarengan dengan matanya yang menangkap perut buncit Elena yang menyembul di balik selimutnya

“Anak itu— anak lo— juga bukan anak gue kan?”

Dan Chanyeol mulai merasakan matanya memanas merasakan emosinya kembali memuncak ketika melihat Elena hanya terus menangis tanpa berniat untuk menjawab pertanyaannya

“JAWAB PERTANYAAN GUE ANJING!” sedikit kehilangan kendalinya, Chanyeol kali ini mengambil lampu tidur di atas nakas dan membantingnya keras ke samping ranjang tempat Elena duduk membuat perempuan itu tersentak dan semakin menangis

“Lo punya mulut kan? Jawab pertanyaan gue, anak itu bukan anak gue kan? JAWAB, SETAN!”

Chanyeol hampir saja kehilangan kendalinya, mengambil sebuah vas bunga dan baru saja akan melemparnya dengan tega ke arah tunangannya sebelum perempuan itu akhirnya mengangguk

“Maaf Chanyeol, maaf....”

Tepat di detik selanjutnya Chanyeol menitikkan air matanya menggenggam vas bunga dengan erat sebelum akhirnya pria itu berteriak membanting vas bunga di tangannya dan mulai membanting barang-barang di sekitarnya dengan brutal merasakan amarahnya yang tidak lagi bisa ia tahan

Tidak, ia bukan marah karena dikhianati, ia bukan marah karena dibohongi. Ia marah karena kebodohannya sendiri. Ia menyesal bukan main ketika dulu dengan tidak tahu malu dan tidak tahu dirinya dia mencampakkan Baekhyun dan anaknya hanya untuk tanggung jawab yang sebenarnya tidak pernah menjadi tanggung jawabnya

Ia marah pada dirinya sendiri ketika nyatanya dirinya sudah meninggalkan dan menyakiti Baekhyun hanya untuk sesuatu yang tidak pernah menjadi miliknya, ia marah pada dirinya yang dengan bodoh menyakiti orang yang dengan tulus mencintainya hanya untuk seseorang yang bahkan hanya memanfaatkannya

Elena menangis. Jujur, ini pertama kalinya ia bisa melihat sisi marah Chanyeol yang seperti ini dan itu sukses membuat Elena ketakutan bukan main

“Lo tau, el? Gue bahkan ninggalin Baekhyun dan anak gue cuma buat tanggung jawab gue ke lo, berkali-kali bertindak bodoh nyakitin Baekhyun dan anak gue cuma buat lo, tapi ini yang gue dapet?”

Elena menggeleng, menatap Chanyeol dengan tatapan penuh permohonan maaf, namun Chanyeol berusaha untuk buta, ia tidak ingin lagi masuk ke lubang yang sama

Chanyeol beralih kali ini berjalan mengambil koper yang tersusun rapih di sudut kamar sebelum melemparnya asal ke lantai, beberapa kali masuk ke dalam walk in closet untuk mengambil beberapa pakaian milik Elena dan juga melemparnya asal ke atas lantai

“Chanyeol, kamu ngapain...”

Elena terlihat panik ketika kali ini Chanyeol juga mengeluarkan tas juga semua sepatunya dan melemparnya dengan atas

“Chanyeol...”

Dan setelah semuanya selesai, pria bermarga Park itu menatap Elena dengan tatapan dingin “Lo pikir setelah semua yang lo lakuin, gue bakal pertahanin hubungan kita dan tanggung jawab atas anak dalem perut lo?”

Chanyeol menggeleng mempertegas ucapannya “Gak bakal, el. Kita berhenti di sini, gue bahkan udah gak sudi lagi buat liat muka lo”

Elena menggeleng panik mendengarnya “Gak, aku gak mau....”

“Gue harap lo bisa pergi secepatnya dari sini, jangan pernah berani-beraninya lo nunjukin lagi muka lo di hadapan gue”

“Gak mau, Chanyeol jangan, aku minta maaf, Chanyeol” Chanyeol berbalik, menulikan pendengarannya berjalan meninggalkan Elena masih dengan wajah basanya bergerak tergesa meraih pakiannya, memakainya asal dan dengan cepat mencoba mengejar Chanyeol yang sudah berjalan keluar

“Chanyeol, tunggu, aku minta maaf, aku gak mau pisah, Chanyeol!”

Dengan langkah tertatih Elena mencoba mengejar namun dirinya terpaksa berhenti ketika dirinya merasakan sakit luar biasa pada perut bagian bawahnya “Akh...”

Wanita itu menggeram tertahan, mencoba berpegangan pada sisi tembok masih dengan usahanya untuk mengejar Chanyeol yang kini sudah berada di luar rumah. Elena masih berusaha menahan rasa sakitnya sebelum dirinya tumbang, ketika rasa sakit itu sudah tidak bisa lagi ia tahan

Nafasnya mulai tercekat bersamaan dengan pandangannya yang menggelap dan darah yang mengalir di sela-sela kakinya

Setelah memeriksakan kandungan, Chanyeol dan Elena pergi dari sana, segera menaiki mobil untuk pergi ke salah satu restauran china yang tak jauh dari lokasi rumah sakit tempat Elena memeriksakan kandungannya secara rutin

Kebetulan perempuan itu memang sedang ingin melahap menu masakan China dan Chanyeol tidak merasa keberatan untuk menurutinya

Sesampainya di sana, merasakan Elena agak sulit bergerak membuat Chanyeol dengan inisiatif meraih pinggang ramping perempuan itu dan mengusap pelan sisi perut buncitnya sebelum kemudian berjalan beriringan masuk ke dalam restaurant untuk menyantap makan siang mereka

Manik kecoklatannya menerawang, mencoba mencari tempat duduk kosong sebelum tatapannya terpaku ketika melihat Baekhyun dan juga seorang pria yang ia tahu adalah Jongin juga sedang makan di tempat yang sama

Perempuan itu menunjukkan senyum penuh arti, menoleh menatap Chanyeol yang terlihat masih mencari-cari tempat duduk

“Di sana yuk, Yeol”

Chanyeol menoleh mencoba mengikuti ke mana arah yang Elena tunjuk dan pria itu terdiam ketika di sana ia melihat Baekhyun dan Jongin sedang makan bersama sambil berbincang ringan di meja tak jauh dari tempat mereka berdiri

Pria bermarga Park itu terdiam untuk beberapa saat sebelum kemudian menghembuskan nafas pelan “Kita cari tempat duduk yang lain, di lantai atas juga pasti banyak kursi kosong...”

“Ngapain repot-repot ke atas kalau di bawah aja ada, bikin capek doang kalo ke lantai atas mah”

Chanyeol diam sebelum Elena kembali membuka suaranya “Lagian kenapa sih? Kita juga kan di sini cuma mau makan siang, gabung sama mereka emang apa salahnya?”

Chanyeol tetap diam tidak menjawab membuat Elena terus berbicara

“Lagian kamu lupa ya? Beberapa hari yang lalu, pas kamu entah lagi kemasukan setan apa, kita deep talk dan kamu bilang kamu bakal berusaha buat selalu prioritasin aku di atas apapun, kamu bakal nurutin semua kemauan aku, ini permintaan sederhana, kamu mau nolak?”

“El...”

“Kamu bilang kamu bakal lupain Baekhyun dan bener-bener menjaga batasan kamu sama dia, tunjukin ke aku, tunjukin kalau kamu gak bakal merasa canggung dan bener-bener bisa gak nganggep keberadaan Baekhyun, tunjukin kalau bahkan walaupun kalian ketemupun, kamu bisa ketemu dia tanpa pakai perasaan, bisa kan?”

Chanyeol hanya diam menatap Elena dengan tatapan yang sulit di artikan, bukan ia tidak ingin bertemu Baekhyun hanya saja, bertemu pria mungil itu tanpa melibatkan perasaan benar-benar sulit, melihat Baekhyun hanya akan membuat Chanyeol semakin merindukannya, bertemu Baekhyun dengan Jongin hanya akan membuatnya semakin iri dan menyesal bukan main

Tapi Elena seakan tidak perduli dan tidak ingin tahu, wanita itu menatap Chanyeol dengan tatapan manisnya, tersenyum meminta Chanyeol untuk menurutinya hingga Chanyeol hanya bisa menghela nafas pelan sebelum kemudian mengangguk

Elena tampak senang, merangkul mesra pinggang Chanyeol bersamaan dengan Chanyol yang juga merangkul pinggang ramping wanita di sampingnya

Sementara di saat yang bersamaan Baekhyun tengah melahap nasi hainan di depannya dengan lahap, dengan Jongin di depannya yang hanya tersenyum pelan mengunyah dimsum miliknya sambil menatap Baekhyun dengan lembut

“Pelan-pelan, Hyun. Gak bakal ada yang ngambil makanan lo sama adek bayi, jangan buru-buru”

Jongin terlihat menggeser beberapa piring kecil berisikan sayuran di meja mereka, menyumpit beberapa dan meletakkannya di pinggir piring milik Baekhyun

“Sayurannya juga di makan ya, papa”

Baekhyun terkekeh, mengunyah pelan nasi yang ia lahap menatap pria yang duduk di hadapannya

“Kamu juga makan, mas. Dari tadi didiemin aja dimsumnya”

“Kenyang gue liat lo makan kayak orang gak makan 3 hari”

“Sembarangan, aku lahap begini kan karena satu porsinya bagi dua, makanannya gak cuma masuk ke perut aku tapi masuk ke perut adek bayi juga, ya wajar lah kalau aku makan banyak”

Jongin tertawa kecil “Iya elah sensitif banget, di makan juga nih sayurnya, makan deh yang banya kalau mau dimsum juga lo aja yang makan, mumpung lagi nafsu, nanti kalau lagi susah bisa gak makan lo sampe berhari-hari”

“Nah, tuh tau”

Baekhyun melanjutkan makannya sementara Jongin hanya menggeleng, terkekeh pelan meraih sumpitnya baru saja hendak memasukkan satu buah dimsum ke dalam mulutnya

Sayangnya, pergerakannya harus terhenti ketika sebuah suara menginterupsi pergerakannya

“Long time no see, Baekhyun”

Merasa familiar, Jongin menoleh mendapati Elena yang kini juga menatapnya dengan Chanyeol di samping perempuan itu “And long time no see, Jongin”

Suasana seketika menjadi suram, kontras dengan bagaimana Elena menunjukkan wajah cerahnya, Jongin menoleh menatap Baekhyun yang kini justru terlihat sendu ketika menyadari bagaimana pasangan di depannya saling merangkul dengan mesra

Tanpa alasan Jongin merasa marah, setelah semua hal yang pasangan gila itu lakukan, apa tidak cukup sampai mereka harus mengganggu ketenangan Baekhyun seperti ini?

“Kalian ngapain di sini?”

Ketara, Jongin terdengar tidak bersahabat dan baik Chanyeol maupun Elena menyadari itu, namun seolah tidak punya malu Elena hanya tertawa kecil menatap Jongin dengan dramatis

“Well— kalau ada di restoran ya berarti jelas kan, ngapain?”

“To the point, lo ngapain nyamperin Baekhyun?”

“Mas Jongin” Baekhyun seolah mengingatkan Jongin untuk tidak berbicara dengan ketus membuat pria itu hanya bisa diam sementara Elena kembali bicara

“Tadi abis pulang konsul rutin, ya kebetulan gue sama anak gue lagi pengen makan masakan china, ya resto yang paling deket di sini, ternyata rame, dan kita liat kayaknya tempat lo sama Baekhyun masih cukup buat dua orang lagi, jadi— ya, mau minta gabung aja sih, gapapa kan?”

“Di atas masih banyak kursi kosong”

“Gue hamil kalo lo lupa, capek harus naik tangga cuma buat makan siang doang”

Jongin hanya diam menunjukkan ketidak sukaannya namun Elena tidak perduli “Lagian lo kenapa sih, kayak gak suka banget kalo gue gabung, Baekhyun aja keliatannya gak masalah, iya kan, Hyun?”

Kini semua pasang mata menatap Baekhyun serempak. Jongin adalah yang pertama kali Baekhyun tangkap dengan tatapannya, bisa ia lihat jelas bahwa secara tersirat pria berkulit tan itu berharap bahwa Baekhyun menyampaikan keberatannya

Kemudian manik coklatnya beralih menatap Chanyeol yang juga menatapnya sulit di artikan. Entahlah, Baekjyun sendiri merasa keberatan, tanpa alasan melihat bagaimana Chanyeol dan Elena saling merangkul dengan mesra di depannya membuat dirinya merasa tak nyaman

Entah rasa tak nyaman seperti apa yang ia maksud, hanya saja Baekhyun merasa iri juga sesak secara bersamaan, di saat beberapa kali dirinya menahan diri untuk tahu batasan untuk tidak bertemu dengan Chanyeol saat anak dalam kandungannya benar-benar ingin, Elena selalu dengan mudah mendapatkan itu

Mendapatkan usapan lembut Chanyeol, mendapatkan rangkulan penuh kasih yang Baekhyun inginkan...

“Baekhyun?”

Mendengar Elena kembali bertanya membuat Baekhyun tersadar dari lamunannya, berdehem sekali dan mengangguk “Ya, silahkan— mas, kamu sini pindah samping aku”

Jongin tampak tidak terima dengan bagaimana Baekhyun mengambil sikap yang hanya akan berujung menyakiti diri sendiri, namun Jongin tidak punya pilihan untuk menurut, berdiri dan berpindah tempat di samping Baekhyun yang kini tangannya dengan sigap ikut memindahkan makanan dan minuman milik Jongin

Sementara Elena mulai duduk, dibantu Chanyeol, mulai memesan beberapa menu kemudian menatap Baekhyun sekilas sebelum kemudian perempuan itu mencoba menjadi dramatis

“Yeol, punggungku sakit bisa usapin sebentar gak?”

Dan itu jelas tidak luput dari pandangan Baekhyun, bagaimana Chanyeol dengan lembut mengusap punggung Elena

Jongin menoleh melihat bagaimana pria mungil yang ia cintai itu terlihat iri namun Jongin hanya diam memendam rasa ibanya pada Baekhyun dan marahnya pada dua pasangan gila di hadapannya

Jongin meghela nafas panjang, kembali menggeser beberapa piring kecil berisikan sayuran, dengan sumpitnya memindahkan sayuran-sayuran itu dan meletakkannya di pinggir piring milik Baekhyun

“Makan...”

Baekhyun menoleh menatap Jongin yang tersenyum teduh menatapnya “Nanti abis ini kita beli es krim ya? Terserah mau rasa apa aja dan sebanyak apapun”

Baekhyun tersenyum, ketika Jongin mengusap kepalanya dengan lembut, seolah tahu bagaimana perasaannya saat ini, Jongin terlihat mencoba memperbaiki moodnya menawarkan kesukaan Baekhyun dan mengusap kepalanya dengan lembut yang secara bergantian kini mengundang tatapan iri dari pria bermarga Park yang kini tidak bisa melepaskan tatapannya dari Baekhyun

Melihat itu Elena hanya terkekeh “Ngomong-ngomong gue denger dari Chanyeol, lo sempet masuk rumah sakit, udah sembuh?”

Baekhyun menoleh dan mengangguk “Beberapa hari yang lalu emang disuruh bed rest selama sehari, jadi sekarang udah baik-baik aja”

“Ah puji Tuhan, kalau lo dan anak lo udah baik-baik aja— by the way, usia kandungan kita sama kan ya? Udah tau jenis kelaminnya?”

Lagi, Baekhyun hanya mengangguk

“Oh wow, apa jenis kelaminnya?” dan kali ini Chanyeol yang terlihat antusias

“Laki-laki” dan jawaban Baekhyun sukses membuat Chanyeol tidak bisa menahan bibirnya untuk tidak tersenyum, mengetahui bahwa anak dalam kandungan mantan suaminya adalah seorang jagoan

“Wow so kita kebalik, anak kami perempuan” dan Elena mengusap perut buncitnya menatap Baekhyun dengan tatapan liciknya “Kami terutama Chanyeol seneng banget pas tau tentang ini, apalagi dari jaman pacaranpun Chanyeol selalu bilang kalau dia cuma mau anak perempuan...”

Chanyeol mengernyit bingung, tapi Elena hanya bersikap tidak tahu apa-apa dan tetap menatap Baekhyun yang kini terlihat sendu

“Since lo mantan suaminya lo pasti tau beberapa hal tentang Chanyeol dan gue— kayak negara impian kami untuk menikah termasuk jenis kelamin calon anak kami di masa depan, dari dulu Chanyeol selalu pengen punya anak perempuan dan akhirnya semuanya tercapai, kadang gue harus berterima kasih banget sih sama lo, Hyun, karena lo udah mau dengan rela dan gak egois mempertahakan orang yang sama sekali gak punya perasaan sama lo....”

”...lo liat sekarang, Chanyeol bahagia sama gue dengan semuanya, impiannya semua tercapai termasuk anak perempuan, jadi maaf maaf aja kalau setelah lahirpun mungkin anak lo bakal kurang dapet perhatian, Chanyeol sendiri mungkin lebih sayang anak gue dari pada anak lo”

“El, kamu ngomong apa sih?”

“Apa sih sayang, gak usah pura-pura gak pernah ngomong deh, kamu sendiri yang bilang kamu lebih bahagia sama hubungan kamu yang sekarang, semuanya lengkap, aku, putri kita, tinggal ke swiss aja yang belum tercapai ya?”

“El...”

Cup, dan Elena dengan tidak tahu malu mencium bibir Chanyeol membuat Chanyeol hanya menatapnya bingung “Diem kan akhirnya, kalau mau minta cium bilang, jangan alesan dalih nyangkal ucapan aku” dan setelahnya Elena kembali mencium bibir sang tunangan kali ini disertai lumatan kecil

Baekhyun menunduk, merasakan sakit hatinya berkali-kali lipat, fakta bahwa dirinya bahkan tidak bisa memberikan anak yang Chanyeol impikan, dan dengan fakta bagaimana pasangan itu terlihat begitu mesra di hadapannya membuatnya semakin sakit dan paham bahwa Chanyeol tidak pernah menginginkannya

Melihat itu membuat Jongin menggeram menahan marahnya, meraih tangan Baekhyun di bawah meja dan menariknya untuk berdiri, pergerakan itu jelas menarik perhatian Chanyeol dan Elena yang kini mengakhiri ciumannya

“Pertama gini ya, gue gapaham sebenernya apa tujuan kalian minta gabung makan siang gini itu bener-bener untuk makan siang sambil ngobrol atau emang sengaja memperkeruh suasana, gue tegasin aja apa yang kalian lakuin sama sekali gak pantes, kalian bahkan baru tunangan, belum punya hubungan sah di mata hukum tapi dengan gak tau malunya ciuman di tempat umum kayak gini, maksudnya apa? Mau pamer kemesraan?—”

Jongin mendengus menatap keduanya remeh “— maaf, daripada keliatan mesra, kalian lebih keliatan menjijikkan di mata gue, dan lagi urusan jenis kelamin anak, gue gak tau ya lo beneran atau engga tapi masalah perhatian dari siapapun gak perlu lo khawatirin, anak Baekhyun dinantikan dan bakal disambut sama banyak orang, kehilangan perhatian dan kasih sayang ayah biologisnya gak bakal menjamin segala hal, dengan atau tanpa itu anak Baekhyun bakal selalu jadi anak yang lebih bahagia dari anak lo”

Elena mengepalkan tangannya kuat sementara Chanyeol menggeleng “Engga, demi Tuhan, gue gak pernah ngomong...”

“Ayo, Hyun, pulang”

Tidak berniat mendengar apa yang Chanyeol ucapkan, Jongin lebih memilih menarik tangan Baekhyun pelan meninggalkan restoran itu sementara Chanyeol menatap Elena marah

“Maksud kamu apa sih ngomong kayak gitu? Aku gak pernah ada ngomong pengen punya anak perempuan, semuanya sama aja buat aku”

“Terus kenapa? Aku ngomong juga untuk mempermudah keadaan kamu, kamu sendiri janji kan mau menjaga batasan dan tahu diri tentang status kalian, this, setelah ini juga Baekhyun pasti mulai menjauh”

“Gak gini caranya, El”

“Terserah, udah deh aku mau pulang”

Elena bangkit dari duduknya, pergi meninggalkan Chanyeol yang hanya menggeram frustasi sebelum akhirnya pria itu ikut bangkit menyusul Elena yang sudah keluar restoran

Sementara Jongin dan Baekhyun hanya diam, duduk di kursi mobil dalam keheningan. Pria bermarga Kim itu hanya diam tanpa suara menatap Baekhyun yang hanya menunduk tanpa kata di tempatnya

“Baekhyun”

Dan tepat setelahnya Jongin bisa melihat dengan jelas, bahwa Baekhyun menitikkan air matanya membuat Jongin semakin marah dan sakit melihat bagaimana pria yang ia cintai harus kembali menangis

“Hyun, udah jangan nangis”

Baekhyun sendiri hanya diam, beberapa kali mencoba menghapus air matanya namun nihil, dirinya tetap tidak bisa berhenti menangis membuat Jongin menghela nafas pelan sebelum kemudian berbicara

“Hyun, dengerin gue, sini liat...” dengan wajah merahnya Baekhyun menoleh menatap Jongin yang menatapnya teduh

”...apa yang mereka omongin gak perlu lo dengerin dan telen mentah-mentah, lo sendiri tau Elen itu gimana, yang harus lo tanamin adalah dengan atau tanpa perhatian dan kasih sayang Chanyeol, anak lo bakal tetep bahagia...”

”...gue paham, lo mungkin sakit hati dan bakal merasa kurang, gue gak menutup mata tentang gimana kerasnya perjuangan lo buat punya anak sama Chanyeol, gimana kerasnya lo berjuang mau kasih kebahagiaan buat Chanyeol, sayang saat kebahagiaan itu ada justru lo harus pisah sama dia, dan ternyata kebahagiaan yang dengan susah payah mau lo kasih gak sesuai harapan Chanyeol, gue paham gimana perihnya lo sekarang ini...”

”...tapi, Hyun, coba lo pikirin sekarang apa yang lebih penting dari kebahagiaan lo dan anak lo, gak ada, sejak Chanyeol ninggalin lo, dia emang gak kehilangan haknya sebagai seorang ayah, tapi dia gak punya hak buat nuntut lo untuk merealisasikan impian dia...”

Baekhyun diam hingga Jongin kembali melanjutkan perkataannya

”...lo sama Chanyeol udah gak punya hubungan apapun lagi, lo gak perlu merasa kurang, lo gak perlu merasa gak sempurna karena yang harus lo pikirin sekarang cuma kebahagian lo dan anak lo. Lo papa yang hebat Baekhyun, bisa bertahan sejauh ini, berjuang ngerawat adek bayi sendirian dengan baik...”

Baekhyun diam membiarkan Jongin yang kini mengusap kepalanya dengan lembut

“Lo sama adek bayi harus bahagia ya, hm?”

Baekhyun mengangguk, merasakan dirinya lebih tenang dan bisa berhenti menangis “Makasih ya, mas. Maaf kalau aku susah banget ngendaliin perasaan aku”

“No, gak perlu minta maaf, apa yang lo rasain valid, wajar, gue paham— sekarang kita beli es krim ya? Mau kan?”

“Tadi katanya mau berapapun boleh kan?”

“Emang lo mau berapa?”

“Sepuluh?”

Jongin mengenyit ngilu membayangkan makanan manis itu dengan jumlah yang Baekhyun sebut

“Agak ngeri ya, itu adek bayi apa gak beku di dalem, lo juga gak batuk emang? Aduh bayanginnya aja udah ngilu”

“Kan, kamu yang nawarin, aku lagi sedih loh, mas. Butuh es krim”

Baekhyun memasang wajah murungnya membuat Jongin terkekeh “Yaudah liat nanti aja deh ya, lagian gue juga gak yakin sih bakal abis semua, waktu itu beli lima juga yang di makan cuma dua”

“Kalau sekarang aku beneran mau”

“Haha yaudah iya iya, kita beli sepuluh, gue ga tanggung jawab nih ya kalo tiba-tiba malem-malem lo ngetok kamar gue ngeluh perutnya kram atau gimana...”

“Ih kok jahat”

“Kan, lo yang nyari penyakit”

“Ish yaudah deh beli dua aja”

Jongin tertawa kecil “Anak baik, anak pinter” kemudian pria itu mencondogkan tubuhnya, menarik seatbelt milik Baekhyun dan memasangkannya

“Okay, kita berangkat ya”

“Hm”

“Gak usah ngambek, jelek”

Dan akhirnya mereka pergi dari sana mencari kedai es krim dengan perasaan yang lebih baik

Elena melangkahkan kakinya tergesa, tidak menghiraukan tatapan tidak menyenangkan dari para karyawan yang bekerja di Park Corporation -yang mana tatapan itu selalu ia dapatkan setiap kali Elena menapakkan kakinya di perusahaan milik keluarga Park itu-

Kakinya melangkah, menuju lift khusus petinggi untuk menuju lantai teratas di mana ruang tunangannya berada hingga wanita itu sampai dan tanpa meperdulikan resepsionis di sana, dengan tidak sabaran Elena membuka pintu ruang kerja Chanyeol dengan kasar dan membantingnya cukup keras

Chanyeol yang memang ada di sana mendongak menatap sang kekasih yang kini berjalan mendekat dan menatapnya nyalang

“Maksud kamu apaan update foto usg Baekhyun? Kamu masih berhubungan sama dia?”

Tidak sempat Chanyeol menjawab, Elena sudah lebih dulu kembali bicara “Nyaris dua minggu ya, Yeol, nyaris dua minggu kamu gak jelas banget, pulang pagi pergi pagi, lembur gak kenal waktu, baru lusa kemaren lembur terus sekarang lembur lagi, kerja apaan? Kamu punya sekretaris kan? Buat apa gaji mahal-mahal kalau kamu pulang aja gak bisa saking sibuknya? Kerja apaan aku tanya?”

Chanyeol hanya menghela nafas panjang, berusaha mengabaikan dengan kembali memusatkan perhatiannya pada berkas-berkas di hadapannya membuat Elena semakin geram, hingga matanya menangkap ruang istirahat Chanyeol yang sedikit terbuka

Entah nalurinya menuntun seolah menyuruh wanita itu berjalan ke arah sana, Chanyeol agak terkejut sebelum pria itu berdiri menghalangi jalan wanita itu

“Mau ngapain?”

Elena mendengus, melihat bagaimana gerak-gerik Chanyeol di depannya membuatnya mengerti bahwa ada yang pria itu sembunyikan di dalam sana

“Minggir”

“Mau ngapain?”

“Kenapa? Kamu nyembunyiin sesuatu? Ada Baekhyun di dalem, iya? Atau apa?”

Chanyeol tidak menjawab membuat Elena dengan sekuat tenaganya mendorong tubuh Chanyeol dan akhirnya masuk ke dalam ruang istirahat tunangannya dan Elena tidak bisa untuk tidak terkejut melihat bagaimana di sana terpampang jelas foto pernikahan Chanyeol dan Baekhyun yang terpajang rapih di tembok atas ranjang, dengan beberapa foto lain Baekhyun yang terpajang rapih di atas nakas

Dan yang semakin membuatnya marah adalah ketika dirinya melihat dengan jelas beberapa pakaian Baekhyun -yang sempat tersisa di rumah Chanyeol dulu- justru kini menggantung rapih di gantungan baju di sudut kamar

Elena menoleh menatap Chanyeol sarat akan kemarahan “Aku waktu itu bilang buang dan kamu malah mindahin semua barang-barangnya ke sini?”

Chanyeol tidak menjawab “...pantes betah banget di kantor— haha brengsek ya kamu, bisa-bisanya kamu tega ninggalin aku nyaris dua minggu kamu lebih banyak ngabisin waktu di kantor buat barang-barang sampah ini dari pada di rumah buat nemenin aku yang lagi hamil anak kamu??!!”

Nadanya meninggi tidak lagi bisa menahan gejolak emosi melihat Chanyeol yang tetap diam seolah tidak menyangkal ataupun berusaha menyanggah apapun yang Elena katakan

Wanita marah, dengan cepat berjalan meraih foto pernikahan Chanyeol dengan Baekhyun dan tanpa merasa bersalah membantingnya dengan kuat “Elena!”

Dengan amat sangat marah wanita itu membuang semua foto yang ada di atas nakas dengan asal, meriah baju Baekhyun dan merobeknya hingga tak berbentuk membuat Chanyeol tak kalah emosi, menarik tubuh Elena dengan kuat hingga tanpa sengaja membuat punggung wanita itu menabrak tembok

Elena meringis untuk sesaat ketika merasakan nyeri yang cukup di bagian punggung dan juga perut bagian bawahnya, namun dirinya berusaha untuk menangkis rasa sakitnya menatap Chanyeol yang juga menatapnya dengan marah

“Maksud kamu apaan sih? Dateng marah-marah gak jelas terus buat kekacauan kayak gini tuh apa?”

“Aku yang harusnya tanya ngapain kamu masih nyimpen barang-barang Baekhyun dan masih berurusan sama dia? Pake upload fotonya segala buat apa aku tanya??”

“Emang kenapa kalau aku berhubungan sama dia, hubungan aku sama Baekhyun cuma sekedar hubungan sebagai orang tua dari anak yang dia kandung, aku ayahnya, aku cuma selalu minta kabar anakku, salah emang mau tau kabar anak sendiri?”

“Dan nyaris dua minggu ini kamu sama sekali gak nanya kabar anak kamu dari aku, masuk akal gak kamu mau tau kabar anak kamu dari cowo murahan itu, tapi kamu telantarin dan gak perduli apapun tentang anak aku, anak kamu dari aku...” Elena memberi jeda pada ucapannya, mencoba mengatur nafasnya yang sedikit memburu karena emosi menggebu menatap Chanyeol sama tajamnya dengan bagaimana pria itu menatapnya

”...kamu sok-sokan perduli sama anak cowo itu, terus aku— kamu gak ada tuh seenggaknya nanya apa aku ada kesulitan selama kamu lembur, kamu sama sekali gak ada perhatian apapun sama aku dan anakku bahkan untik sekedar nanya apa aku udah makan atau belum, apa anakku rewel apa engga, apa aku tidur nyenyak atau engga di mana kamu tau seberapa gak nyamannya aku setiap malem...”

Chanyeol masih diam hingga Elena kembali bicara “Apa sih yang udah cowok murahan itu lakuin sampe kamu segininya, sampe kamu segitu sayangnya sama dia sampe ngelupain aku sama anak kamu yang lagi aku kandung, sampe kamu lebih milih cowo murahan itu sama anak sialnya...”

Chanyeol mengepalkan tangannya tidak terima bagaimana Elena menyebut Baekhyun dan anaknya dengan ucapan tidak pantas

“Lagian kamu yakin emang dia hamil anak kamu? Kamu yakin anak sial yang ada di perutnya itu anak kamu? Cowo murahan kayak dia bukannya biasa ngangkang buat banyak cowok ya? Atau bahkan parahnya sama temen kamu, Jongin, mereka deket kan? Gak menutup kemungkina kalau anak dalam kandungan Baekhyun itu bukan anak kamu tapi anak Jongin...”

PLAK

Perkataannya terpaksa putus ketika Chanyeol mengejutkanya dengan bagaimana pria itu menampar keras pipinya dan setelahnya hanya menatap Elena marah tanpa merasa bersalah

“Kamu pikir kamu siapa bisa ngomong kayak gitu? Aku menikah sama dia selama 2 tahun dan aku jelas jauh lebih tau dia dibanding kamu dan Baekhyun gak kayak apa yang kamu bilang...”

Elena menatap Chanyeol juga penuh kemarahan yang tersurat, namun Chanyeol tetap berbicara

”...kamu nanya apa aku yakin anak dalam kandungan Baekhyun itu anakku atau bukan? Jelas, aku yakin, ikatan ayah sama anaknya kuat, El, bahkan cuma sekedar ngeliat gimana perkembangannya dari foto hitam putih, cuma liat hasil usgnya aku bisa ngerasain kalau itu anakku, rasanya beda, jauh beda dari aku liat hasil usg anak kamu...”

“Yeol, kamu...” Elena menggeram tertahan namun Chanyeol lebih dulu melanjutkan perkataannya “...kalau ada yang harus aku curigain, kalau ada yang harus kehilangan kepercayaan aku, kalau ada yang harus dapet keraguanku di antara kamu sama Baekhyun, itu jelas kamu orangnya, El, anak kamu— anak aku juga atau bukan?”

“Brengsek! Bisa-bisanya kamu ngeraguin anak sendiri?! Gila kamu ya...akhhh...” Elena merasakan perutnya mengeras bersamaan dengan nyeri di punggungnya yang tak tertahan, melihat itu reflek Chanyeol mendekat namun Elena menahannya menatap Chanyeol penuh amarah

“Brengsek” sebelum dengan tergesa perempuan itu pergi dari sana meninggalkan Chanyeol yang hanya bisa menghembuskan nafas kasar menatap kekacauan di ruang istirahatnya

Hingga matanya menangkap bingkai foto pernikahannya yang sudah hancur, pria itu mendekat, mengambil foto itu dan mengusapnya dengan lirih bersamaan dengan Miran -sekretarisnya- yang tiba-tiba saja masuk ke dalam

“Tuan maaf saya dengan lancang masuk, awalnya saya ingin memberikan berkas yang harus anda tangani, tapi saya malah mendengar beberapa keributan, setelah Nyonya Elena keluar saya memutuskan masuk karena saya agak khawatir, anda baik-baik saja?”

Chanyeol mengangguk “Tolong buatkan saya teh saja, untuk sedikit penenang...”

“Baik, Tuan”

”...dan tolong, suruh siapapun bawakan bingkai foto yang baru, bingkai foto yang ini pecah”

“Baik, Tuan, saya pamit undur diri dari hadapan anda”

Dan setelahnya Miran berlalu dari sana meninggalkan Chanyeol yang hanya diam menatap foto pernikahannya dengan lirih sambil tanpa diminta menitikkan air mata ketika rasa rindu tak tertahan itu kembali melanda hatinya

“Baekhyun?”

Pergerakannya terhenti ketika telinganya menangkap sebuah suara yang tak asing di pendengarannya, entah kenapa jantungnya berdebar dengan gila dalam waktu sekejap, dan gerakan pelan kepalanya menoleh

Dan benar saja, sosok pemilik suara tak asing itu, pemilik suara yang begitu ia rindukan, sosok pemilik suara yang pernah jadi suara kesukaannya berdiri di sana, di sampingnya tersenyum canggung

“Mas Chanyeol?”

Chanyeol tersenyum “Boleh saya gabung?”

Tidak langsung menjawab, Baekhyun dengan refleksnya melihat sekeliling tampak mencari sesuatu. Seolah paham dengan gerak-gerik mantan suaminya, Chanyeol kembali bersuara “Saya sendirian”

Baekhyun kembali menoleh menatap Chanyeol masih dengan senyumannya menatap Baekhyun penuh harap “Boleh?”

Dan Baekhyun tidak enak hati untuk mengatakan tidak jadi yang pria mungil itu lakukan hanyalah mengangguk kemudian membiarkan pria bermarga Park itu duduk di hadapannya

Baekhyun sendiri mencoba menetralkan detak jantungnya, berusaha untuk tidak terlihat gugup dan tetap tersenyum menatap mantan suami yang sekarang duduk di hadapannya

“Kamu mau pesen apa, mas? Biar aku pesenin”

“Iced americano aja sama croffle satu”

Baekhyun mengangguk memanggil salah satu pelayan cafe dan mulai menyebutkan pesanan Chanyeol, Chanyeol sendiri hanya tersenyum entah kenapa sedikitnya merasakan sedikit ketenangan melihat bagaimana Baekhyun terlihat begitu baik-baik saja

Setelah selesai memesan, Baekhyun hanya diam pun dengan Chanyeol yang juga diam tidak tahu bagaimana harus memulai percakapan

Merasa terlalu canggung dan hening, Baekhyun akhirnya menjadi orang pertama yang memecah keheningan

“Kamu di sini ngapain, mas? Makan siang?”

“Huh? Iya”

“Sendirian? Gak sama mas Sehun atau kak Elen?”

Chanyeol hanya tersenyum, jujur rasanya tidak nyaman mendengar bagaimana Baekhyun menyebut nama Elen, bukannya apa, hanya saja hal itu membuatnya kembali sedikit merasa bersalah

“Sehun udah ada janji makan sama divisinya, Elen lagi istirahat, beberapa hari belakangan perutnya sering kram”

Baekhyun hanya mengangguk mengerti, membiarkan keheningan kembali melanda keduanya dan kali ini Chanyeol yang membuka suaranya

“Kamu sendiri ngapain di sini? Sendirian juga?” kemudian matanya beralih menatap makanan juga minuman di depannya “Iced Americano?...” Chanyeol menatap Baekhyun dengan tatapan bertanya “...apa gapapa— untuk janin..”

Baekhyun mengangguk “Aku ke sini karena ngidam, gak tau kenapa adek pengen banget minum iced americano, sebenarnya mas Jongin udah bilang bagusnya dihindari, cuma ya gimana— namanya ngidam, rasanya mau nangis banget kalo gak dapet...”

Chanyeol terdiam, lagi dan lagi rasa bersalah menampar lubuk hatinya, juga ada rasa sesal ketika mengetahui bahwa dia tidak ada di sisi Baekhyun dan juga anak mereka di saat pria mungil itu kesulitan mengatasi keinginan bayi mereka, ada sedikit rasa sesal karena Chanyeol tidak bisa menjadi sosok untuk Baekhyun bergantung untuk membantunya

”...dan ya, aku sendirian, soalnya bunda lagi jalan sama temennya, mas Jongin udah terlanjur janji buat nemenin papa makan siang sama kolega bisnisnya— tapi aku cuma cicip-cicip aja kok, mas Jongin juga nyuruhnya minum sedikit, yg penting bisa dirasain di lidah, aku juga gak berani soalnya, takut ada apa-apa”

Dan Chanyeol merasakan nyeri ketika melihat bagaimana Baekhyun dengan senyumannya mengusap perutnya yang sedikit menonjol dengan tulus

Ada rasa iri di sana, ada keinginan untuk Chanyeol bisa duduk di samping mantan suaminya itu, ikut mengusap janin yang begitu mereka tunggu nyaris selama dua tahun

Tapi Chanyeol sadar, ia tidak berhak, apalagi dengan statusnya yang sekarang

“Sepuluh minggu ya sekarang?—” Baekhyun menoleh dan Chanyeol kembali melanjutkan perkataannya “—anak kita”

Tak dapat dipungkiri bahwa kini darahnya berdesir mendengar bagaimana Chanyeol menyematkan kata 'kita' saat menyebut tentang anak mereka, ada rasa haru dan rasa sesak yang secara bersamaan muncul di hatinya

Rasa itu kembali muncul, rasa ingin Chanyeol mengusap perutnya, rasa ingin Chanyeol berada di sisinya menemaninya

Namun, Baekhyun sadar itu hanya angannya dan rasanya begitu mustahil mengingat bagaimana Chanyeol dengan jelas memilih Elena dibanding dirinya

Baekhyun tersenyum pahit, mencoba menghalau air matanya yang hampir saja mengalir, berusaha untuk tetap terlihat baik-baik saja

“Iya, tapi besok udah sebelas minggu hehe cepet banget ya?”

Lagi, tangannya bergerak mengusap lembut perutnya sebelum suara Chanyeol lagi-lagi menginterupsi “Baekhyun, maaf...”

Baekhyun mendongak menatap Chanyeol yang kini memunduk dan Baekhyun bisa melihat dengan jelas bagaimana mantan suaminya itu terlihat terluka, ia tahu bahwa Chanyeol sedang berusaha untuk tidak menangis

“Saya tau saya sama sekali tidak pantas menunjukkan wajah saya di depan kamu tapi saya benar-benar menyesal— saya sudah bayak menyakiti kamu di saat semua yang kamu lakukan adalah mempertahankan pernikahan kita...”

Baekhyun masih diam, masih bertahan menatap Chanyeol yang tetap menunduk, terlalu malu untuk sekedar membalas manik indah yang begitu ia rindukan itu

”...saya mengkhianati kamu, saya mengecewakan kamu, saya— bahkan menghancurkan kamu di hari bahagia kita, di hari di mana kamu memberikan saya hadiah terindah yang pernah saya terima sepanjang hidup saya...”

Chanyeol mulai menitikkan air matanya, menunduk dalam “..saya benar-benar minta maaf, Baekhyun. Saya minta maaf...”

Dan Baekhyun juga menitikkan air matanya, mengingat hari-hari kelam dan masa sulitnya waktu itu, di mana satu-satunya hadiah yang ia harapkan di hari ulang tahun pernikahan mereka saat itu hanyalah senyum bahagia Chanyeol ketika menerima hadiah darinya, tapi kenyataannya justru kekecewaan yang ia dapatkan

Baekhyun tidak bisa untuk tidak mengingat bagaimana Chanyeol memilih orang lain dan melepasnya semudah itu di saat Baekhyun mati-matian mencoba mempertahankan pria itu

Rasanya sesak, tapi tidak memaafkan juga tidak akan mengembalikan semuanya kan? Dia juga harus berdamai untuk menyembuhkan lukanya, bukan?

Baekhyun menghapus air matanya pelan dan tersenyum

“Mas, sebelum kamu minta maaf, bahkan kalau kamu gak minta maaf sekalipun, aku udah maafin kamu—”

Kali ini Chanyeol mendongak, mendapati bagaimana Baekhyun tersenyum begitu lembut menatapnya

”—aku ngerti, namanya perasaan, itu gak bisa dipaksakan, bukan salah kamu kalau ternyata kamu gak bisa jatuh cinta sama aku, bukan salah kamu kalau pada akhirnya kamu ninggalin aku, karena mungkin aku masih banyak kurangnya untuk kamu....”

Chanyeol menggeleng “Engga, Hyun...”

”...kamu manusia, mas. Wajar, wajar ketika kamu merasa kurang dan mencoba mencari hal lain yang lebih sempurna, itu wajar”

Chanyeol diam menggeleng pelan merasa bersalah, namun Baekhyun tetap terasenyum membuat Chanyeol semakin merasa sesak

“Mas— aku gatau apa yang ada di pikiran kamu, aku gatau kenapa aku liat kamu keliatan menyesal sekarang, tapi kalau kamu merasa bersalah karena perceraian kita harus terjadi di saat aku lagi hamil, tolong jangan. Gapapa, aku baik-baik aja, kamu gak perlu merasa bersalah, ya? Ini udah keputusan kita bersama dan kamu gak perlu khawatir aku gak akan pernah benar-benar menjauhi kamu dari anak kita, kamu ayahnya, dia berhak kenal kamu begitupun juga kamu yang berhak berperan sebagai ayah untuk anak kita, cuma, memang kita yang harus tau batasan...”

Chanyeol menggeleng ingin sekali menyangkal bahwa dia bukan hanya menyesal karena perpisahan mereka terjadi di saat anak mereka hadir, tanpa kehadiran anak merekapun, Chanyeol mungkin tetap akan menyesal

Ia ingin sekali mengatakan bahwa ia merasa menyesal karena pada akhirnya ia menyadari perasaannya dengan terlambat, baru beberapa minggu tapi Chanyeol merasa sangat kehilangan, dirinya merasa hampa, dirinya merasa kosong, dirinya begitu merindukan Baekhyun di sisinya

Ia ingin mengatakan itu tapi rasanya begitu tidak pantas, rasanya seolah dia telah kehilangan kesempatan untuk mengatakan itu semua, rasanya terlalu menyesakkan hingga Chanyeol tidak sanggup mengatakan apapun

Sementara Baekhyun di sana hanya diam memandangi Chanyeol yang menunduk menangis pelan dan tanpa suara, jujur, dia sendiri merasakan sesak bukan main, tapi pria mungil itu mencoba menahannya, mencoba untuk kuat demi bisa berdamai dengan keadaan dan rasa sakitnya

Hingga notifikasi ponselnya berbunyi, Baekhyun melihatnya sebelum kepalanya menoleh mendapati Jongin berdiri tersenyum ke arahnya di depan kafe, Baekhyun balas tersenyum sebelum kemudian pria mungil kembali menatap mantan suaminya yang masih menunduk

“Mas?”

Mendengar suara lembut itu memanggil, Chanyeol menghapus air matanya pelan, mendongak menatap sendu wajah Baekhyun yang tersenyum tulus kepadanya

“Maaf, aku pulang duluan ya, mas Jongin udah jemput di depan”

Chanyeol mengangguk, mencoba tersenyum meski rasa tak rela ketika Baekhyun harus pergi dari hadapannya sekarang

“Makasih ya, Hyun, untuk segalanya, kebaikan kamu, ketulusan kamu—”

Baekhyun hanya mengangguk sebelum kemudian berdiri “Aku pergi dulu ya, mas” dan mulai berjalan keluar

Namun, belum lima langkah berjalan, kakinya berhenti, tampak berfikir beberapa saat sebelum kemudian berbalik menatap Chanyeol “Mas?”

Yang dipanggil menoleh

“Besok— jadwal rutin aku periksa kandungan...”

Baekhyun memberi jeda pada ucapannya sebelum melanjutkan “...kalau kamu mau, setiap selesai periksa, aku bakal kasih juga hasilnya ke kamu, biar kamu juga tau perkembangan anak kita—”

”—kamu mau?”

Chanyeol kembali menitikkan air matanya mengangguk menatap Baekhyun dengan haru “Mau, saya mau, Hyun”

Baekhyun tersenyum “Yaudah, pergi dulu ya, mas”

dan setelahnya Baekhyun melangkahkan kakinya menyusul Jongin di depan untuk pulang bersama meninggalkan Chanyeol yang kini sudah kembali menangis kembali menyesali dirinya yang dengan bodoh sudah menyia-nyiakan semua ketulusan yang Baekhyun berikan

Setelah beberapa kali Taehee memencet bel kediaman keluarga Byun, pintu terbuka menampilkan Sejin yang kemudian menyapa mantan besannya itu menundukkan kepalanya tanpa senyuman ramah yang biasanya wanita paruh baya itu tunjukkan

Kali ini Sejin hanya menunjukkan seyum tipisnya sebelum berubah menunjukkan wajah datar ketika melihat ada sosok yang tak ia kenal namun cukup ia pahami bahwa sosok itulah yang menjadi salah satu sumber kesakitan anak satu-satunya

“Saya pikir— niat kalian datang ke sini tulus hanya untuk berkunjung selagi kita saling mencoba memperbaiki hubungan, ternyata sekalian memperkenalkan calon menantu ya”

Ucapan sarkas Sejin dibalas senyuman oleh Elena dan gelengan oleh Taehee yang hendak menyangkal namun, Sejin lebih memilih mengabaikan, bergeser dan mempersilahkan keluarga Park untuk masuk ke dalam rumahnya

“Silahkan masuk”

Dan wanita paruh baya itu meninggalkan keluarga Park di depan pintu sementara Taehee menatap Elena tajam. Yang ditatap sama sekali tidak terlihat merasa bersalah menatap Taehee dengan tatapan acuhnya sebelum wanita itu dengan tidak tahu dirinya melangkahkan kaki lebih dulu mendahului orang-orang di sana dan masuk ke dalam rumah

“Kamu liat, Chanyeol?” merasa namanya disebut Chanyeol menoleh menatap ibunya yang terlihat marah “Liat gimana kehadiran Elena memperkeruh suasana?”

Yang ditanya hanya diam sementara Taehee hanya menarik nafas panjang, menghelanya pelan sebelum kemudian ikut masuk diikuti dengan Youngjae di belakang

Sementara Chanyeol hanya menunduk, menghela nafas pelan sebelum kemudian ikut masuk ke dalam

Mereka langsung dipersilahkan duduk di ruang tamu bersamaan dengan Sejin dan Hyunbin -orang tua Baekhyun- yang sudah lebih dulu di sana, selagi pelayan di rumah itu menghidangkan makanan dan minuman untuk menjamu tamu, keheningan yang mencekam melanda di mana Taehee, Youngjae, dan Chanyeol sama-sama tidak berani memandang keluarga Byun di hadapan mereka

“Bibi, tolong panggilkan Baekhyun dan Jongin untuk turun ke bawah”

Samar mereka mendengar bagaimana Sejin menyuruh salah satu pelayan untuk memanggil anaknya dan Chanyeol mengernyit mendengar nama Jongin ada di sana. Tak butuh waktu lama untuk pelayan tersebut kembali turun

“Maaf, nyonya, Tuan Jongin bilang Tuan Baekhyun masih muntah-muntah, jadi butuh waktu sedikit lama untuk turun”

“Yaudah, gapapa, makasih ya, bi”

Pelayan itu mengangguk menundukkan kepala pamit undur diri dari hadapan majikannya itu. Apa yang dikatakannya tadi cukup untuk membuat Taehee sedikit khawatir mendengar kabar Baekhyun

“Baekhyun— sakit?” dan akhirnya memberanikan diri untuk bertanya

Sejin menoleh menatap Taehee dan juga Chanyeol yang kini menatapnya khawatir dan menunggu jawaban. Sejin hanya mendengus tertawa hambar, entah kenapa rasanya aneh melihat mereka terutama Chanyeol harus menunjukkan kekhawatirannya seperti ini, setelah bagaimana Baekhyun dibuat hancur, mereka masih bisa perduli dan merasa khawatir?

“Enggak, namanya juga lagi hamil dan usia kandungannya juga masih muda, jadi muntah-muntah di pagi hari juga udah jadi kebiasaan...”

Kemudian Sejin memusatkan perhatiannya menatap Chanyeol sebelum kembali bicara “...untungnya ada Jongin yang selalu ada di sisi Baekhyun dalam setiap keadaan, jadi di masa-masa sulit kayak gini Baekhyun gak benar-benar melewatinya sendirian, ada Jongin yang selalu nemenin dia termasuk melewati fase-fase trisemester pertama kehamilannya...”

Kemudian Sejin tertawa kecil memalingkan wajahnya mengambil secangkir teh di atas meja “...kadang saya berfikir, andai Baekhyun jatuh cinta dengan pria seperti Jongin, Baekhyun gak akan pernah mengalami kesulitan seperti ini, andai Baekhyun bisa jatuh cinta dengan Jongin yang bisa menghargai dia sepenuhnya, Baekhyun gak akan pernah mengalami yang namanya perceraian, apalagi dalam keadaan hamil seperti sekarang”

Mendengar itu jelas menampar Chanyeol dengan telak dan semakin menumbuhkan perasaan bersalah di dada orang tua Park itu

Taehee menunduk dalam sementara Youngjae mulai angkat bicara “Kami minta maaf...” namun belum sempat pria paruh baya itu melanjutkan, Sejin lebih dulu menggeleng, meletakkan kembali segelas teh dalam genggamannya

“Jangan minta maaf sekarang, yang lebih berhak mendengar permintaan maaf kalian itu Baekhyun, kalian sama sekali tidak punya urusan dengan saya, kalau bukan karena Baekhyun yang memohon-mohon agar saya menerima kedatangan kalian, saya juga tidak akan pernah perduli dengan eksistensi kalian, apalagi setelah melihat bagaimana cara kalian datang justru membawa wanita yang menjadi salah satu sumber rasa sakit anak saya, saya makin kehilangan respect dengan kalian—”

Keluarga Park hanya diam membiarkan wanita yang menyandang marga Byun itu kembali bicara

”...Anak saya terlalu tulus, dia mungkin memaafkan kalian, tapi hati saya tidak selapang itu, akan sulit untuk saya memaafkan siapapun yang menyakiti anak saya, jadi kalau kedatangan kalian ke sini hanya untuk minta maaf silahkan minta maaf ke Baekhyun, karena saya sama sekali tidak ada urusannya dengan kalian”

“Bunda?”

Dan tepat setelah Sejin menyelesaikan perkataannya, seseorang memanggil dan di sana Baekhyun dengan Jongin merangkul pundak pria mungil itu berjalan menuju ruang tamu dengan wajah pucatnya

Sejin berdiri mendekat seraya menatap wajah anaknya sendu, mengusap kepalanya dengan lembut “Masih mual, nak?”

“Sedikit, mama sama papa udah dateng?”

Kepalanya menoleh, matanya mencoba melihat ke arah ruang tamu dan di sana ada Youngjae dan juga Taehee yang sedang menatapnya dengan senyuman lirih membuat Baekhyun hanya balas tersenyum bersamaan dengan matanya yang mulai melirik ke arah Chanyeol yang kini juga menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan

Untuk beberapa saat, Baekhyun merasakan debaran yang belakangan tidak ia rasakan, namun kali ini debarannya tidak terlalu menyenangkan, entahlah, setelah kurang lebih sebulan tidak bertemu ada rasa rindu yang begitu dalam melanda hatinya, namun di saat yang bersamaan dirinya juga harus merasakan debaran sesak ketika mengingat pria yang ia rindukan itu adalah pria yang menyakitinya, pria yang menghancurkannya di hari bahagianya

Tatapannya beralih ketika Baekhyun menyadari pergerakan seorang wanita yang duduk di samping Chanyeol, dengan tatapan angkuhnya bergerak merangkul lengan Chanyeol seolah menunjukkan bahwa pria itu adalah miliknya

Menyadari itu, Jongin mengusap pundak Baekhyun membuatnya menoleh dan dibalas senyuman oleh pria yang lebih tinggi

Ada rasa tidak nyaman dan juga ketidak sukaan di hati Chanyeol ketika pria itu melihat bagaimana Jongin mengusap pundak mantan suaminya, memberinya senyuman seolah menenangkannya

Hingga Baekhyun berbalik, mencoba memasang senyum terbaiknya berjalan menuju ruang tamu dan segera menyambut Taehee yang kini sudah berlinang air mata

“Nak...”

Tinggal beberapa langkah dan Taehee sudah berdiri menghampiri Baekhyun dan memeluknya erat, menangis di sana sementara Baekhyun membalas pelukannya hangat sambil tangannya bergerak mengusap punggung Taehee dengan lembut

“Mama rindu sekali dengan kamu, nak”

Baekhyun mengangguk dalam pelukannya mengatakan bahwa ia juga merindukan ibu mertuanya itu, tak lama mereka saling berbagi rindu, mereka saling melepas pelukannya ketika kini Baekhyun beralih menatap ayah mertuanya dan tersenyum ketika Youngjae juga merentangkan tangannya dan langsung disambut dengan Baekhyun yang masuk ke dalam dekapannya

“Gimana kabarmu, nak?”

“Aku baik, pa. Puji Tuhan”

Dan tak lama setelahnya mereka juga saling melepas pelukannya, duduk di sofa ruang tamu dengan Baekhyun berasa di samping mantan ibu mertuanya itu

Taehee sendiri tidak bisa untuk tidak menangis, menatap Baekhyun penuh rasa bersalah dengan tangannya yang mengusap telapak tangan Baekhyun dengan lembut

“Sayang, mama benar-benar minta maaf, maaf karena kamu harus banyak melewati kesulitan, kamu anak baik dan tulus tapi kamu harus mengalami banyak kesulitan dan kekecewaan karena ketidak mampuan mama dalam mendidik anak, mama minta maaf sayang”

Baekhyun menggeleng mencoba tersenyum dengan lembut “Ma, kita udah bahas ini, mama gak salah, gak ada yang salah, udah ya gapapa...”

Namun Taehee tetap menangis dengan Baekhyun yang berusaha menenangkan, sementara Sejin hanya diam melihat pemandangan di depannya dingin sebelum tatapannya beralih memandang pada sosok pria yang kini tengah menatap Baekhyun dengan tatapan yang sulit diartikan

Sejin mendengus sebelum membuka suaranya “Ini yang merasa bersalah orang tuanya aja? Pelaku utamanya?”

Dan Chanyeol tahu bahwa ungkapan itu untuknya. Baekhyun menoleh menatap Chanyeol yang kini menatapnya sendu, matanya tak bisa berbohong ketika Baekhyun bisa menangkap rasa bersalah pada kedua manik hitam yang pernah dan masih ia cintai saat ini. Bibir tebalnya juga mulai terbuka hendak berbicara sebelum Elena lebih dulu memulai percakapan

“Saya mewakilkan calon suami saya untuk meminta maaf...” dan semua pasang mata mulai memusatkan perhatiannya, menatap perempuan itu dengan tatapan dingin

”...terutama untuk Baekhyun, maaf karena kesalahan kami berdua seperti yang mama Park bilang lo jadi harus mengalami banyak kekecewaan, gue mengakui apa yang gue dan Chanyeol lakukan sama sekali tidak bisa dibenarkan, but in case lo gatau, semuanya juga berawal dari lo sendiri, kenapa Chanyeol bisa berpaling dan lebih milih gue dari pada lo”

“Elena...” Chanyeol bersuara hendak menginterupsi tapi Elena tidak berniat untuk berhenti, malah semakin merasa menang ketika perlahan ia menyadari bahwa semua pasang mata mulai menatapnya tajam

“Kami kembali bertemu tepat ketika akhirnya gue punya kesempatan pulang dari Amerika, lo pikir setelah gue pulang apa kami langsung menjalin hubungan? Jawabannya engga, malah Chanyeol sempet dengan jelas bilang kalo dia punya suami, dia nolak ketika gue minta balikan sama dia, cuma sayangnya, lo ini sebagai suami gak tau diri banget, bisanya nyusahin, sampe Chanyeol mulai jenuh dan akhirnya setuju untuk menjalin hubungan sama gue...”

“Elena” Chanyeol mulai geram namun Elena tetap tidak perduli

“Bukan sepenuhnya salah Chanyeol kalau dia pada akhirnya memilih mencari kesenangan lain, sama lo dia tertekan, gak salah kan ketika dia nyari hiburan? Terlebih waktu itu lo masih cacat, you know what i mean? Lo masih susah buat hamil, jadi ya— pada akhirnya Chanyeol juga punya anak dari gue...”

“Kurang ajar kamu” Sejin maju hendak menampar perempuan itu sebelum Baekhyun bergera menahan ibunya

Elena sendiri hanya terkekeh “Jadi, ya— Chanyeol gak sepenuhnya salah, kalau aja dulu Baekhyun bisa lebih jadi sosok suami yang mengerti, bisa jadi sosok suami yang menyenangkan, bisa jadi sosok suami sempurna, Chanyeol juga gak akan mudah berpaling kan? Jadi di sini gue cuma mau menegaskan kalau Chanyeol gak sepenuhnya salah, lo jangan cuma nuntut permintaan maaf ketika semua sumber rasa sakit lo juga dari diri lo sendiri, itu aja”

“Engga, maaf, Baekhyun...”

“Bener, bener banget, makasih kak el, udah menegaskan bahwa di sini yang menciptakan semua rasa sakit, kekecewaan, dan kesulitan yang aku alami itu bersumber dari aku sendiri, makasih. Kakak bener, bukan salah mas Chanyeol kalau dia berusaha mencari apa yang dia rasa kurang dan mencari hiburannya sendiri, aku tau, karena itu selama beberapa bulan aku coba intropeksi diri, tapi kak, kamu lupa satu hal...”

Elena terdiam sementara Baekhyun kembali bicara

”...pada dasarnya kita hidup dalam banyak pilihan, mas Chanyeol memilih untuk mencari kesenangan yang gak bisa dia dapetin dari aku, aku hargai pilihan dia selagi aku mencoba memperbaiki diri, dan itu sama kayak kamu, kamu punya pilihan untuk tahu batasan, kamu punya pilihan untuk gak mengusik dan bisa menolak bentuk hubungan apapun dengan mas Chanyeol, bukannya kamu tau kalau mas Chanyeol sudah punya status sah sebagai suami aku?”

Elena masih terdiam pun dengan orang-orang di sana yang melihat bagaimana Baekhyun dengan tenang membalas perkataan Elena

”...kak, kalau kamu punya moral, ketika kamu tahu bahwa mas Chanyeol sudah terikat sebuah hubungan, kamu bakal mundur, kamu punya pilihan untuk mundur, tapi apa pilihan yang kamu ambil saat itu? Kamu milih maju, menerima pilihan mas Chanyeol untuk mencari kesenangannya di kamu bahkan dengan tindakan sejauh ini, kamu gak sadar tapi status dan gimana cara kamu membanggakan diri ketika akhirnya kamu yang berhasil sepenuhnya memiliki mas Chanyeol, cukup membuat aku tau dan paham bahwa martabat kamu serendah itu sebagai seorang perempuan, kamu gak punya harga diri dan moral, dan itu cukup memalukan buat dibanggakan”

Elena mengepalkan tangannya kuat sementara orang-orang yang ada di sana menatap kagum pada sosok Baekhyun yang masih dengan tenang menghadapi Elena di depannya, wanita itu kemudian berdiri menarik lengan Chanyeol untuk ikut berdiri sambil mencoba tersenyum menatap Baekhyun dengan kesal

“Makasih buat gimana cara lo nyebut gue sebagai perempuan gak tau malu, gak punya harga diri dan sematan lain yang lo sebutkan, tapi perlu lo tau, cewek yang gak dengan martabat rendah ini yang jadi pilihan mantan suami lo”

Baekhyun hanya diam sementara Elena terlihat mengeluarkan sesuatu dari tasnya sebelum kemudian melemparkan sebuah surat undangan ke atas meja

“Minggu depan gue bakal tunangan sama Chanyeol, jadi dengan penuh ketulusan gue berharap lo bisa dateng, seenggaknya buat nyaksiin gimana mantan suami lo ini pada akhirnya bisa menjemput kebahagiaannya dengan cewek bermartabat rendah ini”

Elena tersenyum namun tak dapat dipungkiti bahwa hatinya panas bukan main, ditambah melihat bagaimana Baekhyun tetap terlihat tenang tanpa berniat membalas lebih membuatnya semakin kesal

“Kita pulang” Elena mencoba menarik Chanyeol dari sana, namun mata pria itu tak bisa lepas menatap Baekhyun penuh rasa sesal dan juga rasa bersalah, dia ingin meminta maaf tapi entah kenapa lidahnya terasa kelu bahkan sekedar untuk memanggil nama pria mungil itu

Sejin sendiri sudah kehilangan kesabaran “Lebih baik kalian juga pulang, tolong urus anak dan calon menantu kalian dengan baik”

Taehee tidak bisa menahan malu dan rasa menyesalnya, pun dengan Youngjae yang pada akhirnya keduanya hanya bisa menunduk merasa bersalah hendak ikut keluar sebelum suara Baekhyun menginterupsi

“Mas Chanyeol”

Langkah semua orang terhenti pun dengan Chanyeol yang kini berbalik menatap Baekhyun yang berjalan mendekat ke arahnya dan menyerahkan secarik foto yang memang dari awal ia bawa

“Ini foto anak kita, aku baru periksa lusa kemarin, usianya udah 8 minggu, kata dokter dia sehat—”

Chanyeol menerima foto itu dengan dada bergemuruh, jantungnya berdebar keras ketika dirinya bisa melihat satu titik hitam yang ia yakini adalah darah dagingnya sendiri

”—hubungan kita memang udah selesai, tapi hubungan darah gak akan pernah bisa diputus, semarah apapun, sekecewa apapun aku sama kamu, kamu tetap ayah anakku, hati aku gak bisa setega itu buat bikin kamu kehilangan hak sebagai ayahnya”

Chanyeol beralih menatap Baekhyun dengan rasa sesak, memandang pria mungil itu berlinang air matanya, tak jauh dari Chanyeol, Baekhyun pun juga mulai berlinang air mata

“Maaf, harus nunggu nyaris dua tahun untuk bisa kasih kamu ini, terlepas kita yang udah gak punya hubungan apapun, tapi anak ini tetep anak kamu juga, jadi kamu gak perlu khawatir, ketika anak ini lahir aku pasti bakal tetep ngenalin kamu sebagai ayahnya, kalau kamu mau...”

Chanyeol menitikkan air matanya, jujur, rasanya lebih menyiksa ketika Baekhyun justru masih memperlakukannya dengan baik seperti ini

“Baekhyun...”

“Bahagia selalu ya, mas. Selamat juga buat pertunangan kamu, aku bakal usahain dateng kalau aku bisa”

“Udah, Yeol, ayo pulang” tidak ingin berlama-lama di sana Elena menarik tangan Chanyeol untuk segera pergi dari sana sementara Baekhyun mulai menitikkan air matanya sepeninggal Chanyeol juga keluarganya dan di saat itu juga Jongin mendekat menarik Baekhyun untuk mendekapnya dengan lembut

“Mas...”

“You did well, Hyun. Gapapa, pelan-pelan nanti lo pasyi bisa damai sama rasa sakit lo, pelan-pelan lo coba buat lepasin Chanyeol, gapapa semua butuh proses, lo hebat banget, Baekhyun, makasih udah jadi kuat ya”

Setelah selesai menyelesaikan acara memasak makan malam untuknya dan juga Baekhyun, pria itu dengan segera membawa hasil masakannya dengan nampan menuju kamar untuk dimakan bersama dengan Baekhyun

Baru saja pria itu membuka pintu, dahinya mengernyit ketika tidak mendapati Baekhyun di ranjang mereka, Chanyeol melangkah masuk, meletakkan nampan yang ia bawa ke atas nakas dan bersamaan dengan itu suara muntahan terdengar dari arah kamar mandi

“Baekhyun?”

Chanyeol bergerak cepat dengan sedikit tergesa membuka pintu kamar mandi, dan di sana di depan closet, suami mungilnya tengah duduk memuntahkan isi perutnya berkali-kali

Tidak banyak berbicara, Chanyeol mendekat, berjongkok menyamakan tingginya dengan Baekhyun yang berlutut memuntahkan isi perutnya, tangannya dengan pelan mengusap tengkuk leher Baekhyun berharap bisa membantu suami mungilnya

Selang beberapa menit, merasa bahwa dirinya sudah tidak ingin memuntahkan apapun dirinya menoleh dengan wajah pucat menatap Chanyeol dan tersenyum “Jijik gak, mas, liat aku muntah gini?”

“Ya engga lah, kenapa harus jijik?”

“Hehe, capek banget tau, mas, muntah gini, lemes kayak orang hamil” pria mungil itu kemudian mendekat menenggelamkan wajahnya di dada bidang sang suami “Cuma sayangnya aku belum hamil hehe jadi muntahnya nyebelin”

Chanyeol mengangkat tangannya mengusap kepala Baekhyun pelan “Semoga kali ini kita berhasil ya”

Baekhyun mengangguk menjauhkan kepalanya menatap Chanyeol yang kini menyeka bulir-bulir kecil di sekitar dahi si mungil “Mau ke kamar? Saya udah siapin makan malam buat kamu”

“Mual banget, mas”

“Gapapa, pelan-pelan, dari pada gak makan sama sekali, kamu gara-gara prosedure ini berat badan turun drastis, Hyun, makan ya, gapapa nanti dimuntahin yang penting ada asupan, biar bisa minum obat juga”

Dan Baekhyun tidak punya pilihan untuk menolak, pria mungil itu kemudian mencoba untuk bangun dibantu Chanyeol yang sudah merangkul pundaknya sambil satu tangannya yang memegang tiang infus “Kamu kuat jalan? Atau mau saya gendong?”

“Jalan aja, mas”

Chanyeol tidak lagi bersuara, membantu Baekhyun berjalan hingga pria itu berhasil duduk di tepian ranjang, dengan sabar dan telaten Chanyeol mengangkat kaki Baekhyun, membantunya bersandar di kepala ranjang dan meluruskan kaki sebelum kemudian menyelimutinya sebatas kaki, baru setelahnya Chanyeol duduk di tepi ranjang

“Mas, aku makan sendiri aja biar kamu juga bisa makan?” Baekhyun menginterupsi pergerakan Chanyeol, meraih piring di tangan suaminya “Gapapa, saya juga belum mau makan...”

“Gapapa, mas. Lagian aku gak lemes-lemes banget kok, kamu makan juga temenin aku aja”

“Yaudah, kalo tangan kamu udah gak kuat bilang ya”

Baekhyun mengangguk mulai menyendok makanan miliknya begitupun dengan Chanyeol yang memulai makan malamnya, menemani sang suami yang juga sedang melahap makanannya

Suasana begitu hening untuk beberapa waktu, Baekhyun yang tengah mati-matian menahan mualnya untuk melahap makanannya sementara Chanyeol sendiri menghabiskan makanannya dengan cepat, menemani sang suami sambil memainkan ponselnya

Wajahnya datar dan tidak ada yang Baekhyun pikirkan selain bahwa suaminya sedang memikirkan pekerjaan hingga pria itu meletakkan ponselnya di atas nakas, menatap lekat pada Baekhyun yang masih berusaha mengunyah makanannya perlahan, pria itu tampak berfikir beberapa saat sebelum kemudian memutuskan untuk bicara

“Baekhyun?”

“Iya?”

“Kalau malam ini saya tinggal ke kantor gapapa?”

Seketika senyum di wajahnya memudar, menoleh untuk melihat jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh malam sebelum setelahnya kembali menatap suaminya sendu “Mau ngapain?”

“Ada urusan di kantor”

“Urusan apa? Emang gak bisa dihandle sama karyawan kamu? Kamu aja baru pulang dari Jepang kemaren, mas”

“Saya maunya juga minta anak buah saya yang urus, tapi mereka sendiri yang minta bantuan saya secara langsung, saya gak mungkin nolak, kan?”

Baekhyun terdiam menunduk merasa keberatan “Kamu kan nanya apa aku gapapa kalo kamu pergi, kalo aku gak bolehin, kamu marah gak?” pria mungil itu bertanya tanpa menatap lawan bicaranya namun ia bisa mendengar dengan jelas helaan nafas Chanyeol yang terlihat lelah

“Saya sebentar aja”

“Pulang jam berapa?”

“Paling cepet jam dua malem”

“Paling lama?”

“Besok”

Baekhyun menunduk semakin dalam, sementara Chanyeol mendekat mencoba melihat wajah Baekhyun berusaha untuk membujuk suami mungilnya itu “Boleh ya, hyun? Saya gak enak sebagai atasan juga udah banyak cutinya, mereka juga cuma minta saya buat bantu kerjaan mereka, saya gak mungkin nolak, kan?”

Baekhyun tetap diam hingga Chanyeol kembali bersuara “Boleh ya, Hyun?”

Merasa bahwa menolak tidak akan membuahkan apapun, Baekhyun akhirnya mengangguk dan Chanyeol tersenyum mengecup bibir mungil suaminya sekilas “Makasih ya, saya usahain paling telat jam dua pulang, tapi kalau gak bisa ya berarti besok pagi”

Baekhyun hanya mengangguk sementara Chanyeol mulai berdiri “Saya mandi dulu ya dan— oh iya, kamu mau saya telfonin mama atau bunda buat nemenin kamu?”

“Gak usah, mas. Kamu bilang paling lambat besok pulang, kan? Lagian mama kemaren bilang katanya besok mau ke sini pagi-pagi, jadi gak usah ditelfon”

“Beneran?”

“Iya”

“Yaudah, saya mandi dulu kalo gitu”

Baekhyun hanya mengangguk pelan, membiarkan suamimya beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya

Baekhyun menghela nafas pelan, merasa sedih ketika lagi-lagi dirinya harus ditinggal karena urusan pekerjaan oleh suaminya, ingin rasanya menjadi egois melarang suaminya untuk tidak pergi ke manapun terlebih dalam keadaannya yang seperti ini, lagipula seharusnya Chanyeol harusnya memang tetap di rumah selagi Baekhyun sendiri membutuhkannya, kan?

Tapi Baekhyun tidak bisa, bagaimanapun Baekhyun bukan satu-satunya tanggung jawab Chanyeol dan Baekhyun tidak bisa melakukan apapun selain membiarkan Chanyeol untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang CEO

Baekhyun meletakkan piring berisi makanannya di atas nakas ketika merasakan perutnya kembali berputar, mengambil gelas di sana dan minum perlahan untuk meredakan rasa mualnya

Berbarengan dengan itu berkali-kali ponsel milik Chanyeol berkedip menandakan ada beberapa notif masuk. Melihat itu membuat Baekhyun berfikir, membenarkan fakta bahwa suaminya memang sesibuk itu, bahkan sampai beberapa notif pesan yang Baekhyun duga dari karyawannya terus saja masuk

Tanpa rasa penasaran berlebih, Baekhyun meraih ponsel suaminya, berniat melihat siapa yang mengirim pesan berkali-kali pada Chanyeol

Pria mungil itu sempat tersenyum merasakan pipinya memanas ketika tahu bahwa fotonya saat bulan madu tahun lalu dipilih suaminya menjadi lockscreen ponselnya, pria mungil itu merasa tersipu sebelum akhirnya senyumnya memudar ketika melihat dan menyadari notifikasi pesan masuk di ponsel suaminya


Chanyeol melumat bibir mungil suaminya dengan lembut, namun sarat akan mafsu yang menggebu, perlahan cumbuannya berubah lebih menuntut memaksa pria mungil yang sekarang duduk di pangkuannya itu membuka mulutnya, dengan tergesa Chanyeol melesakkan lidanya, bermain di sana, membiarkan lidahnya menyatu dengan Baekhyun, sambil menyapu setiap sudut hingga langit-langit mulutnya bahkan mengabsen setiap deretan gigi suami mungilnya

Chanyeol sama sekali tak membiarkan Baekhyun bernafas, ditambah bagaimana Baekhyun bergerak, menggelinjang pelan di atas pangkuannya dengan tangan yang melingkar di lehernya, merapatkan tubuhnya membiarkan Chanyeol mencumbunya semakin dalam

Hingga kesadaran pria bermarga Park itu kembali ketika Baekhyun memukul-mukul dadanya meminta Chanyeol untuk berhenti

Chanyeol menurut, melepas ciumannya memperhatikan Baekhyun yang dadanya mulai naik turun mencoba meraup oksigen di sekitarnya

Chanyeol mengecup bibir suaminya sekali, dua kali, hingga yang ketiga Baekhyun menahan wajah suaminya, masih dengan nafas memburu mencoba bicara

“Kita— di sini?”

Mengerti maksud perkataan suaminya Chanyeol mengangkat kedua bahunya “Terserah kamu, kalau mau coba malam pertama yang unik, saya gak masalah kita make love di sini, di luar, ditemenin angin Jeju, lagian cukup tertutup juga dan gak bisa diliat sama rumah belakang...”

”...tapi kalau kamu mau di kamar, saya juga gapapa, di mana kamu lebih nyaman aja”

Wajah Baekhyun entah kenapa memerah, dirinya merasa sedikit tersipu dengan bagaimana Chanyeol memilih kata, alih-alih mengatakan having sex, Chanyeol justru mengatakan make love, dan bagaimana pria itu mencoba memprioritaskan kenyamanannya

Bukannya menjawab Baekhyun menjatuhkan kepalanya di bahu suaminya sementara Chanyeol mengusap punggungnya pelan

“Aku— gak tau, mas”

Chanyeol terkekeh “Kamu malu?”

Baekhyun mengangguk “Ini pertama buatku, jadi, gak tau, rasanya malu aja bahkan cuma sekedar jawab mau di mana kita ngelakuinnya”

Baekhyun semakin merapatkan tubuhnya, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sang suami, sementara Chanyeol terhenyak di tempatnya seketika merasa bersalah

Ini yang pertama untuk Baekhyun, sedangkan Chanyeol?

Chanyeol menghembuskan nafasnya pelan, masih mengusap punggung Baekhyun lembut

“Well— kalo kamu malu, kalo gitu di kamar, gimana?”

Baekhyun tidak menjawab sementara Chanyeol kembali bicara

“Saya rasa kalau di sini bukan ide yang bagus buat kamu, udaranya dingin, terlepas nantinya hangat, tetep aja, kamu gak tahan di ruangan terbuka malem-malem begini, kan?”

Baekhyun mengangguk membuat Chanyeol terkekeh, sedikit mendorong tubuh suaminya untuk melihat wajahnya yang sudah memerah

“Okay, kita ke kamar” dan tanpa aba-aba Chanyeol langsung mengangkat tubuh ringan Baekhyun ala koala, membawanya masuk ke dalam berjalan cepat hingga kini keduanya sudah berada di dalam kamar, dengan kakinya Chanyeol menutup pintu sebelum kemudian pria itu meletakkan Baekhyun dengan hati-hati di atas ranjang

Tubuhnya ikut naik ke atas, setengah menindih, mendekatkan wajahnya dan mulai kembali melumat bibir mungil yang sudah mulai candu untuknya

Bunyi kecipak menggema di seluruh sudut kamar menunjukkan bagaiman mereka sangat menggebu-gebu saling memadu kasih dan bertukar saliva di sana

Tangan Chanyeol mulai bergerak, mengusap pinggang Baekhyun dengan sensual bersamaan dengan ciumannya yang mulai turun ke dagu, hingga ke leher mulus dan jenjang suami mungilnya

“Ngghhh”

Baekhyun mulai mendesah pelan, mendongak memberikan Chanyeol akses lebih luas menjelajah lehernya

Chanyeol berhenti sejenak menjauhkan tubuhnya dengan terburu-buru melepas baju ketika merasa bajunya mulai terasa membatasi pergerakannya

Baekhyun manatap kagum pahatan tubuh di depannya dan Chanyeol kali ini bergerak, membantu suami mungilnya untuk melepas pakaiannya

“Mas...”

Yang lebih kecil bersuara menahan pundak suaminya

“Kenapa?”

“Aku malu...”

Chanyeol mengecup bibir Baekhyun sekali, sebelum kembali menatap mata suaminya

“Kenapa harus malu? Kamu cantik dan terlebih kamu bakal nunjukkin kecantikan kamu di depan saya, suami kamu”

Baekhyun terdiam, merasa tersipu

“Saya buka, ya? Boleh?”

Dan pada akhirnya Baekhyun mengangguk dan tidak perlu menunggu lebih lama lagi untuk Chanyeol dengan segera menanggalkan pakaian atas suaminya

Lagi-lagi Baekhyun bersemu, merasa malu ketika di atasnya, Chanyeol menatap tubuhnya dengan tatapan yang sulit dibaca

“Mas...”

Baekhyun baru saja ingin bertanya namun Chanyeol sudah lebih dulu membungkamnya dengan kembali melumat bibirnya, mengecupnya berkali-kali, berpindah hingga ke bawah telinga, berhenti sejenak dan akhirnya berbisik

“Indah, tubuh kamu adalah hal terindah yang pernah saya lihat, you're beautiful, hyun”

Dan Chanyeol kembali melanjutkan cumbuannya, sambil tangannya yang terus bergerak sensual mengusap perut juga pinggang suaminya

Kali ini bibirnya bergerak, menuju nipple kecil merah muda yang mencuat, terlihat menegang membuat Chanyeol tak bisa menahanya untuk segera menghisapnya

“owh, mas.. Nghhh”

Tangan satunya beralih, memainkan nipple satunya membuat tubuh Baekhyun bergerak tak karuan, merasakan sensasi geli dan nikmat di saat yang bersamaan

“Mas, help... Ahh.. Mashh...”

Setelah puas bermain dengan nipple mungil suaminya, ciumannya turun, mengecup setiap bagian perut suaminya sambil tangannya yang mulai membuka celana yang masih Baekhyun kenakan

Hingga kali ini Baekhyun benar-benar tidak mengenakan sehelai benangpun

“Imut banget punya kamu, Hyun”

“Jangan dikomentarin ngghhh...” Chanyeol tidak memberikan Baekhyun kesempatan untuk berbicara ketika pria itu menciumi penis kecil milik suaminya, menciumi setiap sisnya membuat tubuh Baekhyun semakin menggelinjang, ketika kali ini tangan Chanyeol bergerak, menggenggam penis kecil itu dan mengusapnya sensual

“Mas ngghhh.. Ahh mas kamu ngapain ngghh”

Dan Baekhyun semakin menggila ketika Chanyeol memasukkan penis mungilnya ke dalam mulutnya, Baekhyun merasakan kehangatan bersamaan dengan kenikmatan ketika Chanyeol menghisapnya, memaju mundurkan wajahnya membuat Baekhyun semakin tak karuan

“Mas.. Udah.. Akuh..ngghh ahhh mas.. Mau keluarhh, mass.. Ahh”

Dan Chanyeol menjauhkan wajahnya ketika merasakan penis mungil suaminya mulai menggembung, membiarkan cairannya keluar membuat Chanyeol tersenyum menatap bagaimana tubuh Baekhyun bergetar hebat ketika mencapai pelepasan pertamanya

Baekhyun sendiri mencoba mengatur nafasnya menatap suaminya merasa bersalah “Maaf...” Chanyeol terdiam hingga Baekhyun kembali bicara “Padahal baru sebentar tapi aku udah keluar dul...”

Chanyeol mengecup bibir suaminya singkat “Gapapa, gak perlu merasa bersalah, lagian jujur, di mata saya kamu jadi keliatan menggemaskan”

Entah sudah yang keberapa kalinya hari ini Baekhyun merasa tersipu dengan apa yang Chanyeol katakan

“Saya boleh lanjut?”

Baekhyun mengangguk, membiarkan Chanyeol kembali bergerak kali ini mengusap penis kecilnya meraba mencoba mengambil cairan yang tersisa sebelum membalurkannya ke lubang berkedut milik suami mungilnya

Kalau kalian tanya bagaimana keadaan adik kecil Chanyeol di bawah sana, tentu saja, dia sudah berdiri tegak dan mengeras?

Rasa-rasanya kalau tidak punya hati Chanyeol ingin langsung memasukkan miliknya ke lubang berwarna merah muda yang berkedut manja di depannya

Sayangnya, Chanyeol tidak tega, ditambah dengan fakta bahwa ini adalah yang pertama untuk Baekhyun, Chanyeol benar-benar ingin memberikan kesan malam pertama yang baik untuk suami mungilnya

Setelah membaluri lubang berkedut itu dengan cairan Baekhyun sendiri, pria itu dengan perlahan mulai memasukkan satu jarinya perlahan membuat Baekhyun sedikit terkejut, namun dengan cepat Chanyeol mencium bibir suaminya mencoba untuk mengalihkan perhatiannya

Tangannya bergerak pelan, tubuh Baekhyun bergerak, menggelinjang pelan

Merasa Baekhyun sudah mulai terbiasa, Chanyeol menambah satu jarinya kembali bergerak pelan hingga kali ini tiga jari bersemayam di dalam sana dan Baekhyun mulai mendesah menikmati bagaimana 3 jari Chanyeol bergerak menciptakan kenikmatan yang tidak bisa Baekhyun jelaskan

“Mas...ngghhh...hahhh...”

Chanyeol menarik tangannya ketika merasakan bagaimana lubang Baekhyun sudah begitu basah, pria itu menatap wajah Baekhyun yang berderu bernafas, sedikit berkeringat, dan mulut kecilnya yang setengah terbuka membuat Chanyeol kambali mendekat mencium pelipis suami mungilnya menyeka keringatnya dengan tangan sebelum menatap wajahnya yang sudah memerah

“Mas...”

“Kamu cantik, cantik banget”

Baekhyun masih mencoba menetralkan nafasnya sembari mendengarkan Chanyeol bicara

“Punya saya udah keras banget—” mendengar itu Baekhyun melirik ke bawah melihat bagaimana celana suaminya menggembung “—sekarang saya boleh langsung ke inti?”

Baekhyun mengangguk cepat “Iya, kenapa gak dari tadi, pasti sakit banget”

Chanyeol hanya tersenyum, mencium pipi Baekhyun sekilas, sebelum kemudian berdiri, mulai melepas celananya dan langsung disambut senang oleh sang adik

Namun, Baekhyun melotot melihat bagaimana milik Chanyeol begitu besar, berdiri tegap dengan urat-urat yang menonjol mebuat Baekhyun meneguk ludahnya kasar, ukurannya bahkan mungkin 2 – 3 kali lebih besar dari penis mungilnya

Baekhyun terkena serangan panik ketika Chanyeol mulai naik ke kasur, mengangkat kaki Baekhyun untuk bertengger di pundaknya, mengarahkan penis besarnya ke arah lubang merah muda Baekhyun

Di bawah sana, Baekhyun bisa merasakan bahwa kepala penis Chanyeol mulai digerakkan, menyapa lubang merah mudanya, hingga Chanyeol baru saja hendak memasukkannya, tertahan ketika Baekhyun menahannya dengan cepat

“Mas, engga, mas...”

Chanyeol menoleh sedikit khawatir melihat Baekhyun yang terlihat gelisah “Kenapa, Hyun?”

“Mas, aku takut, beberapa kali aku pernah denger, orang bilang itu bakalan sakit, aku takut”

“Emang sakit diawal, tapi bakal berubah nikmat setelahnya”

Namun, Baekhyun tidak merespon, matanya bergulir tampak begitu gelisah membuat Chanyeol merasa tak tega

“Kamu takut?”

Baekhyun hanya diam menatap Chanyeol yang hanya tersenyum lembut sebelum kembali mengecup bibir Baekhyun lembut

“Yaudah gapapa kalau kamu masih takut dan belum siap, saya bakal tuntasin ini sendiri”

Baekhyun menatap iba, ia jelas tahu bagaimana rasanya dan jelas membiarkannya berdiri lama seperti itu jelas menyakitkan

Chanyeol baru saja akan menjauh sebelum tangan Baekhyun menahannya

“Ayo mas...”

“Jangan dipaksa kalau kamu takut, saya gapapa...”

“Kalau gak dipaksa, gimana kita bisa punya anak?”

Chanyeol terdiam

“Lagian, aku percaya kamu gak bakal nyakitin aku, kamu bakan bantu aku, kan?”

Chanyeol tersenyum mengangguk

“Pelan-pelan ya, mas”

Chanyeol mengangguk, kembali memposisikan kepala penisnya di depan lubang milik suaminya

“Saya masuk ya, Hyun”

Baekhyun mengangguk, memejamkan matanya ketika merasakan Chanyeol mulai memasukkan penis besarnya, dan Baekhyun berteriak ketika pada akhirnya Chanyeol berhasil memasukkan seluruh tubuh penisnya

Baekhyun menitikkan air matanya membuat Chanyeol merasa bersalah “Baekhyun, maaf...”

“No, gapapa, mas, aku cuma kaget, hehe”

Chanyeol hanya diam, membiarkan miliknya tetap berada di dalam, membiarkan Baekhyun membiasakan diri hingga pria mungil itu mulai bersuara

“Gerak, mas...”

Diperbolehkan, dengan gerakan lembut dan sangat amat perlahan, Chanyeol menggerakkan pinggulnya maju mundur menatap Baekhyun iba ketika pria mungil itu mendesis terlihat begitu kesakitan “Hyun...”

“Gapapa, mas, ssshh ngghh... Pelan pelan ya ahhh”

Chanyeol menggerakka pinggulnya dengan sabar, mendengar tak tega bagaimana desahan Baekhyun bercampur dengan desisan kesakitannya

“Lebih cepet, mas”

Baekhyun mulai membiasakan diri, Chanyeol juga semakin bergerak cepat hingga pria itu berhasil menumbuk titik kenikmatan milik suaminya

“Ahh mas.. Ini apa... Ahh iya di situ... Nggghhh owh masshh...” dan gerakanya semakin menggila sambil tangannya yang mulai memainkan penis kecil suaminya mengocoknya cepat membuat Baekhyun meraung-raung merasakan kenikmatan luar biasa

“Mas, aku mau keluarh... Ngghhh...ahhh.. Ahh, mas chanyeollhhh”

Dan lagi, Baekhyun sampai pada pelepasannya, mengatit nafasnya menatap Chanyeol lemah “Kamu belum ya, mas?”

Chanyeol menggeleng, hingga kini Baekhyun mencoba bangkit, masih dengan penyatuannya, mencoba mendorong Chanyeol untuk berbaring “Aku— boleh coba posisi atas? Aku mau muasin kamu”

“Boleh” Chanyeol mengusap rambut Baekhyun lembut, berbaring, membiarkan suami mungilnya duduk di atasnya

“Aku gerak ya, mas?”

Chanyeol mengangguk membiarkan suami mungilnya bergerak memaju mundurkan pinggulnya sambil tangannya yang berpegangan pada perut Chanyeol

“Ahh...mashhh...”

Sambil berbaring, Chanyeol menikmati bagaimana Baekhyun terus mendesah memanggilnya, sekali mendongak dengan bibir mungilnya yang terbuka menunjukkan kesan sexy dan menggemaskan untuknya

Dari bawah, Chanyeol membantu si mungil, mengangkat pinggulnya untuk bergerak lebih cepat, sambil sesekali mengocok penis mungil suaminya, desahannya menggila dan Chanyeol bisa merasakan bahwa penisnya mulai menggembung di dalam

“Mas, akuhh mau keluarh aaahhh lagi nngghh”

Mendengar itu, Chanyeol buru-buru bangkit, dengan cepat membalik posisi membiarkan Baekhyun kembali berpasrah di bawahnya

“Bareng, sebentar lagi”

“Ahhhh.. Mas... Ahhhh” desahan Baekhyun semakin keras terdengar seiring Chanyeol yang mempercepat gerakannya dengan brutal hingga

“Ahhh Baekhyun”

“Mas Chanyeolh”

Dan mereka melakukan pelepasan bersama, Baekhyun mencoba mengatur nafasnya yang memburu sementara Chanyeol masih pada posisinya, membiarkan penisnya tetap di dalam berusaha agar tidak ada spermanya yang terbuang

Baekhyun sendiri sudah memejamkan matanya, terlihat begitu kelelahan membuat Chanyeol terkekeh, menjatuhkan tubuhnya ke samping tanpa berniat melepas penyatuannya, menarik selimut untuk menutupi tubuh keduanya, memeluk tubuh mungil Baekhyun, sambil merapihkan anak rambut Baekhyun dan menyeka keringat di sana

“Kamu luar biasa banget malem ini, Hyun. Makasih banyak, ya?”

Baekhyun membuka matanya lelah melihat bagaimana Chanyeol tersenyum kepadanya dan mencium bibirnya sekilas

“Saya sayang kamu, Hyun”

Dan Baekhyun balas tersenyum sebelum pada akhirnya pria mungil itu memejamkan mata menjemput mimpi bersamaan dengan Chanyeol yang malam itu mendekap tubuh Baekhyun penuh perasaan tanpa melepas penyatuan mereka

“Mas”

Chanyeol menoleh tersenyum mendapati suami mungilnya yang terlihat segar setelah mandi berjalan mendekat tanpa banyak bicara langsung mengambil tempat tepat di samping Chanyeol

“Kamu gak dingin apa malem-malem di luar begini, mas?” Baekhyun terlihat kedinginan merasakan semilir angin malam pulau jeju yang menerpa hingga menusuk setiap pori-pori kulitnya membuat Chanyeol hanya terkekeh

Pria itu melepas jaketnya sebelum kemudian menyampirkannya di pundak Baekhyun “Ya jelas kedinginan, kamu cuma pake kaos putih tipis, pake jaket makanya pas keluar, Hyun”

“Hehe, sebenernya aku sengaja sih...”

Chanyeol mengangkat satu alisnya sementara Baekhyun hanya tersenyum jahil

”...ya sengaja aja biar kamu ngasih jaket ke aku, seneng deh, ternyata kamu sepeka ini”

“Ck” Chanyeol berdecak sekali menggelengkan kepalanya pelan sementara Baekhyun hanya tertawa kecil hingga pada akhirnya terdiam

Suasana begitu hening, masing-masing dari mereka hanya terdiam menikmati perasaan nyaman dan tenang masing-masing hingga Baekhyun menjadi sosok yang pertama kali memecah keheningan

“Mas...”

“Hm?”

“Apa yang waktu itu kamu pikirin di saat mama mau nikahin kamu sama aku?”

Chanyeol menoleh, sementara Baekhyun masih pada posisinya, bertahan melihat ke arah apapun di depannya

“Saya— kayaknya pernah bilang kan, gak perlu ada masa lalu yang harus dibahas?”

Baekhyun menoleh “Awal pernikahan kita masa lalu emang?”

“Pembahasannya pasti bakal mengarah ke sana, ke arah masa lalu saya”

Baekhyun terkekeh “Well, okay, kita ganti topik”

Chanyeol mengangguk sebelum kali ini kembali ikut menatap apapun yang ada di depannya

“Kamu tau, mas?” mendengar itu Chanyeol kembali mengalihkan perhatiannya, menatap Baekhyun yang terlihat menerawang “...mungkin apa yang aku omongin ini bakal tetep mengarah ke sana, but still, aku mau cerita...”

Baekhyun kali ini menoleh menatap Chanyeol lembut “Tentang aku di masa lalu kamu”

“Aku itu udah menaruh rasa kagum sama kamu persis banget di minggu pertama aku jadi mahasiswa SNU waktu itu, mungkin kamu gak inget, tapi pertemuan pribadi kita berdua itu tepat banget di UKS setelah aku pingsan di lapangan gara-gara gak kuat lari, kamu si kakak tingkat yang paling sempurna itu nemenin aku selama di UKS sampe aku sadar...”

Chanyeol terdiam kembali mendengarkan

”...di sana kamu ngajakin aku ngobrol, minta maaf atas nama himpunan karena udah buat aku pingsan padahal sebenernya aku pingsan juga karena emang badanku aja yang lemah, kamu terus di situ, beliin aku makanan, nyuapin aku...”

“Ahh...” Baekhyun menoleh menatap Chanyeol yang terlihat baru mengingat sesuatu “...jadi, itu kamu ya?”

Baekhyun terkekeh “Ya”

“Dan kamu, maba yang di hari selanjutnya ngasih saya coklat...”

“Dan diamuk kak elen di depan umum” kata Baekhyun melanjutkan perkataan Chanyeol diselingi kekehan kecil

“Ahh itu, iya saya inget...”

“Tapi gak inget namaku, ya karena kamu gak pernah nanya, tapi wajar sih, aku kan waktu itu cuma maba yang tolongin, yang gak tau malunya malah jadi punya rasa tertarik cuma karena hal kecil kayak gitu, dan tambah gak tau malu, tetep tertarik padahal aku tau kamu punya pacar waktu itu”

“Gak masalah...” Baekhyun terdiam hingga Chanyeol kembali bicara “...namanya perasaan gak bisa disalahin, itu bukan gak tau malu, tapi bukan salah kamu kalau dulu kamu menyimpan ketertarikan sama saya, toh, kamu selalu tau batasan setelah itu”

Baekhyun tersenyum hambar “Tapi jujur, sedih sih, mas...”

“Kenapa?”

“Dengan kamu sama sekali gak inget aku tuh, cukup nampar aku dengan kenyataan kalau pertemuan kita itu cuma berkesan buat aku, tapi gak buat kamu”

“Hyun...”

“Padahal waktu itu secara anon, aku berkali-kali ngasih kamu sesuatu di dalem tas kamu, kadang di loker pribadi kamu, tapi gak satupun ditanggepin...”

“Kamu pernah ngasih saya sesuatu secara anon?”

Baekhyun mengangguk “Bukan pernah lagi, emang setiap hari malah, kadang aku kasih bekel, coklat, surat, macem-macem, tapi kamu keliatan cuek banget, berusaha buat cari tau aja engga...”

Chanyeol mengernyit merasa asing dengan apa yang Baekhyun katakan, entah kenapa Chanyeol merasa tidak pernah mengalami apapun yang Baekhyun katakan

Chanyeol pernah mendapatkan satu ucapan selamat pagi dengan satu botol susu pisang di dalam lokernya, tapi hanya sekali dan setelahnya tidak pernah ia mendapatkan hal-hal seperti itu

Namun, alih-alih mengatakannya, Chanyeol hanya diam, tidak ingin merusak suasana dan membuat Baekhyun merasa bahwa Chanyeol setidak perhatian itu dengan Baekhyun di masa perkuliahan mereka

Ya, walaupun sebenarnya Chanyeol memang tidak seperhatian itu sampai mengingat Baekhyun saja tidak

“Tapi, salut sih, kamu bener-bener tipe cowo setia yang menghargai pacarnya, aku aja yang gak tau diri waktu itu hehe”

Baekhyun tersenyum namun terlihat murung membuat Chanyeol berdehem, bersandar pada kursinya kembali menatap pemandangan di depannya

“Kan, saya bilang juga apa, gak seharusnya masa lalu begini di bahas, pembahasannya pasti bakal berujung ke sana, dan liat muka kamu sekarang...”

Chanyeol menoleh melihat ke arah Baekhyun yang juga menatapnya “...murung, sedih, jelek, tau?”

“Ish, nyebelin banget” tangan mungilnya meraih lengan kekar Chanyeol, mencubitnya pelan namun hanya direspon kekehan oleh Chanyeol sendiri

“Okay, stop, sekarang dengerin saya...”

Baekhyun menghentikan aksinya, menatap Chanyeol yang kini dalam “Terlepas gimana masa lalu saya, kamu tau sendiri saya di sini sudah berusaha, jadi, bisa kan, kamu hargai usaha saya dengan gak membahas apapun di masa lalu...”

”...yang terpenting sekarang pada akhirnya yang memiliki saya adalah kamu, yang berdiri dan menetap di sisi saya kamu, jadi gak ada yang perlu kamu sesali tentang masa lalu saya...”

Tangannya terulur, mengusap pipi mulus Baekhyun yang mulai sedikit memucat karena angin malam di sekitar mereka

”...saya minta maaf kalau masa lalu saya banyak menyakiti kamu, tapi percaya, sayapun disakiti oleh masa lalu saya sendiri, jadi kita berhenti bahas itu, hm?”

Baekhyun tersenyum, menikmati usapan lembut suaminya sebelum kemudian mengangguk

“Boleh aku tanya sesuatu?”

“Apa?”

“Apa harapan kamu tentang kita? Tentang dan untuk hubungan juga pernikahan kita di masa depan?”

Chanyeol terdiam beberapa saat tampak berfikir sebelum pria itu kembali bersuara

“Kamu sendiri apa? Apa harapan kamu tentang kita?”

Kali ini Baekhyun yang terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menjawab dengan tatapan dalamnya yang dituju untuk Chanyeol

“Aku mau hubungan kita selalu semakin baik di setiap waktunya, aku mau perasaanku dibalas, aku mau punya anak dari kamu, hidup bahagia sama kamu dan anak-anak kita di masa depan, dan yang paling penting, aku mau menua bareng kamu...”

Baekhyun memberi jeda pada ucapannya, menatap suaminya penuh arti sebelum akhirnya ia kembali bertanya

”...kamu? Apa harapan kamu tentang hubungan kita?”

Chanyeol tidak langsung menjawab, menatap Baekhyun juga penuh arti hingga akhirnya ia bersuara

“Harapan saya adalah saya bisa mengabulkan semua harapan kamu”

Dan di detik selanjutnya, Chanyeol mendekatkan wajahnya dan menyambar bibir mungil suaminya dengan lembut, mencoba menyampaika betapa Chanyeol benar-benar serius dengan ucapannya, pun Baekhyun menerima, membalas ciuman suaminya dengan penuh harapan

Di saat yang bersamaan, tahun berganti, festival kembang api dimulai dan keduanya memadu kasih di bawahnya, di pergantian tahun, dengan harapan yang baru