Jongin baru saja selesai memesan beberapa set menu makan siang sembari menunggu kedua calon mertuanya itu datang bersamaan
Harusnya Hyunbin -ayah Baekhyun- bisa datang bersamaan dengan Jongin mengingat mereka Jongin berkerja di perusahaan keluarga Byun, hanya saja Hyunbin sendiri mengatakan bahwa ia akan menjemput istrinya untuk berangkat bersama
Hingga kemudian ia merasakan bahunya ditepuk bersamaan dengan seorang pria paruh baya yang duduk di hadapannya membuat Jongin setengah membangkitkan tubuhnya dan menunduk sopan
“Bunda mana, yah?”
“Lagi ke kamar mandi sebentar—” Jongin hanya mengangguk senentara Hyunbin mulai kembali membuka suaranya “—agak kaget ayah kamu ngajak makan siang bareng bunda gini, mau ngomongin apa sih?”
“Nanti juga ayah tau”
Hyunbin hanya terkekeh, mulai mengeluarkan ponselnya, memeriksa beberapa pekerjaannya sembari menunggu sang istri datang
Hingga tak lama kemudian pintu private room mereka terbuka dan di sana Yejin tersenyum menatap Jongin yang segera berdiri dan membungkukkan tubuhnya “Kaget loh bunda, nyari² reservasi atas nama kamu ternyata makan siang privat—” Yejin menepuk pundak Jongin pelan sebagai sapaan sebelum kemudian duduk di berdampingan dengan sang suami
”— yang mau diomongin kayaknya penting banget ya sampe pake private room gini”
Jongin hanya tertawa kecil “Bisa dibilang memang cukup penting, bun”
Yejin hanya terkekeh menggeleng pelan “Baekhyun sama Yuan gak ikut?”
“Engga, bun. Karena emang yang mau Jongin omongin berkaitan sama Baekhyun dan lagi— Yuan masih agak demam dan rewel, jadi gak bisa diajak pergi-pergi dulu”
Yejin hanya mengangguk mengalihkan pandangannya ketara sengaja menghindari percakapan tentang Yuan mengingat wanita paruh baya itu tahu bahwa cucunya sakit dan rewel meminta untuk dipertemukan dengan sang ayah
Jongin tahun Yejin khawatir tapi berusaha tutup mata dan memilih untuk bersikap tidak peduli
“Yaudah, kita langsung mulai aja makan siangnya ya”
Jongin tersenyum mengangguk, dengan sopan menuangkan air dingin ke gelas milik Yejin dan juga Hyunbin sebelum kemudin menuangkannya untuk dirinya sendiri dan ketiganya mulai menyantap makan siang dalam keheningan
Jongin sendiri berusaha menikmati makan siangnya dengan baik meskipun sejujurnya, ia sama sekali tidak menikmati itu. Entahlah tapi jantungnya berdebar, agak sedikit ragu juga khawatir tentang bagaimana kedua orang tua Baekhyun bereaksi atas apa yang akan ia bicarakan
Waktu terus berjalan, sembari menyantap makan siang mereka, Yejin tahu-tahu bersuara “Ah Jongin, mumpung bunda inget—”
Jongin menoleh sementara Yejin dengan tangannya yanh sibuk memotong daging di depannya mulai kembali bicara “—soal undangan pernikahan kamu dengan Baekhyun, kata tim percetakan sudah jadi total sekitar 500 tamu undangan—”
Jongin terdiam sementara Yejin melanjutkan “—500 tamu itu sebenernya masih bias, bisa bertambah kalau ternyata emang banyak yang harus diundang, bunda sendiri pegang sekitar 80 undangan buat ngundang temen-temen bunda nanti dan rencana mau mulai disebar lusa nanti—”
Yejin memberi jeda, melahap satu potong kecil daging ke mulutnya sebelum tersenyum menatap Jongin di hadapannya “—menurut kamu gimana? Kebanyakan gak kalau bunda ikut andil bawa 80 tamu undangan?”
Yejin menatap antusias sementara Jongin menunduk gugup, pria itu meletakkan pisau dan juga garpunya di atas piring dengan sopan sebelum kemudian meneguk air dingin yang sebelumnya ia tuang dan setelahnya menghembuskan nafas pelan
Diam-diam Hyunbin memperhatikan, agaknya sedikit paham bahwa apa yang hendak Jongin bicarakan adalah tentang hubungannya dengan Baekhyun
Setelah meletakkan gelasnya perlahan, Jongin berdehem mencoba menetralkan detak jantungnya. Tangannya ia letakkan di atas paha, menunduk gugup sebelum dirinya memberanikan diri untuk mendongak, menatap Yejin yang masih terlihat antusias
“Bunda, sebelumnya maaf karena sebelum kita bahas undangan... Apa yang mau Jongin omongin memang tentang ini—”
”—tentang pernikahan kami”
Hyunbin mengangguk, meletakkan alat makannya untuk memperhatikan apa yang akan Jongin bicarakan, sementara Yejin mengerutkan dahinya ikut meletakkan alat makannya dan menatap Jongin penasaran
“Kenapa, nak?”
“Soal pernihan kami— Jongin rasa itu... Gak bisa dilanjut...”
Tepat setelah Jongin mengutarakan apa yang ingin dia bicaraka, suasana berubah mencekam. Hyunbin sendiri hanya mengangguk kecil, tersenyum tipis penuh arti sementara Yejin menatap Jongin dengan tatapan yang sulit diartikan
“Kenapa?”
Tapi Jongin cukup untuk mengerti bagaimana nada bicara Yejin menunjukkan bahwa wanita paruh baya itu terlihat marah
“Kami gak bisa....”
“Gak bisa itu kenapa? Pasti ada alasannya, kan?”
Jongin menarik nafas panjang sebelum akhirnya kembali bicara “Pernikahan kami gak akan pernah menuntun kepada kebahagiaan apapun”
“Kenapa?”
“Kami tidak saling mencintai”
Yejin mendengus, tertawa sinis mendengar apa yang Jongin katakan sebelum bersuara untuk menanggapi
“Tidak saling mencintai kamu bilang? Perasaan kamu selama ini ke anak bunda itu apa? Dari awal Baekhyun berpisah sama mantan suami brengseknya, kamu selalu di sisi Baekhyun, kamu yang nemenin dia di masa-masa sulitnya, kamu yang ngurus Baekhyun bahkan juga mengurus Yuan selama dua tahun ini, gak ada orang yang tanpa cinta mau repot-repot ngelakuin itu, dan sekarang alasannya kalian tidak saling mencintai?”
Lagi, Yejin mendengus
“Jongin, bunda bukan anak muda yang bisa kamu bohongi perkara kayak gini, kamu cinta sama anak bunda...”
“Iya, tapi anak bunda sama sekali gak mencintai Jongin”
Dan Yejin terdiam
“Bun, pernikahan bukan suatu hal yang bisa ditentukan dan dijalani semudah itu, harus ada komitmen di antara dua manusia yang saling berbagi perasaan yang sama— di pernikahan ini, cuma Jongin yang jatuh cinta, tapi Baekhyun engga...”
”...Bunda pernah bilang kalau bunda selalu ingin ngeliat Baekhyun bahagia, menurut bunda, apa Baekhyun bener-bener bisa bahagia kalau dia menikah dengan orang yang sama sekali gak dia cintai?”
Yejin tertawa pelan “Kamu jangan sok tau, seyakin apa kamu Baekhyun gak punya perasaan apapun buat kamu? Kalian udah 2 tahun bareng...”
“Dan selama 2 tahun itu ga ada perasaan yang bisa Jongin rasain dari Baekhyun—”
Jongin terdiam beberapa saat
”— dia cuma nganggap Jongin sebagai kakaknya, gak lebih”
“Tapi dia nerima ketika kalian akan menikah—”
“Dan jadiin Jongin pelarian?”
Yejin terdiam hingga Jongin kembali bicara
“Bun, tolong jangan tutup mata, Jongin yakin bunda juga sadar kalau bertahun-tahun perasaan Baekhyun gak pernah berubah...”
”...dia masih mencintai Chanyeol, Baekhyun masih mencintai Chanyeol, bunda”
“Terus maksud kamu ngomong gini tuh apa? Kamu minta bunda restuin mereka untuk rujuk?”
Jongin baru saja akan menjawab sebelum Yejin lebih dulu bicara “Bunda akui, bunda tau, bunda paham gimana perasaan Baekhyun ke kamu, bunda bisa melihat gimana Baekhyun masih menyimpan perasaan bodohnya untuk laki-laki brengsek itu, tapi apa yang bisa bunda lakuin, selama ini yang bunda harapkan cuma Baekhyun bisa hidup bahagia dengan keluarga kecilnya, dan kamu pikir setelah bunda lihat sendiri gimana Baekhyun disakiti, bunda gak trauma?—”
”— bunda trauma, bunda takut, Jongin. Seseorang sekalinya brengsek bakal tetep jadi brengsek seumur hidup dia, coba kamu liat, dulu di waktu Baekhyun lagi berjuang keras buat ngasih kebahagiaan buat Chanyeol, anak itu di mana? Dia main sama jalangnya, setelah Baekhyun hamil tanpa mikirin gimana perasaan Baekhyun saat itu, Chanyeol pergi ninggalin Baekhyun dengan semua kesakitannya—”
”— terus apa?! Setelah dia nerima karmanya dan akhirnya tau kalau dia dikhianati sama jalangnya itu, dengan gatau malu dia minta rujuk, lari ke arah Baekhyun seolah Baekhyun memang tempat singgah dia, dia sebrengsek itu dan kamu masih berfikir dia punya kesempatan layak untuk nerima cinta Baekhyun? Engga, Jongin, engga. Kamu bisa ngomong gini mungkin karena kamu sahabatnya, tapi bunda di sini berdiri sebagai ibunya Baekhyun, bunda yang liat dan nyaksiin seberapa rapuh anak bunda karena brengsek itu, gimana bisa kamu berharap bunda ngasih bajingan itu kesempatan buat hidup bareng anak bunda?”
Yejin mulai kehilangan kendali, menitikkan air matanya dengan nafas memburu, pun Hyunbin hanya mengusap pelan punggung istrinya berusaha menenangkan
Jongin sendiri hanya menunduk, menarik nafas panjang sebelum kembali bicara
“Bunda, Jongin minta maaf, Jongin paham gimana perasan bunda, tapi Chanyeol juga tersiksa, dia menyesal atas semua perbuatannya di masa lalu, dia bahkan berkali-kali nyakitin dirinya sendiri buat nebus kesalahannya, dia juga...”
“Perkara mereka gak semudah itu Jongin. Chanyeol menyesal? Baik bunda akui bunda bisa lihat itu, Baekhyun masih mencintai Chanyeol? Bunda juga tahu, tapi apa karena dua alasan itu bunda harus bisa merestui mereka untuk rujuk? Gak sama sekali. Mau gimanapun penyesalan dan penderitaan yang Chanyeol alami, gak akan pernah merubah fakta bahwa dia pernah jadi patah hati terbesar Baekhyun, dan bunda gak akan pernah maafin itu”
“Bun...”
“Terserah kamu, bunda gak perduli, cinta bisa datang karena terbiasa, bunda percaya, apa yang bunda putuska udah merupakan keputusan terbaik untuk kebahagiaan Baekhyun, dan bunda gak akan berubah pikiran”
Yejin meraih tasnya, berdiri hendak pergi sebelum ucapan Jongin menginterupsi
“Memaksa pernikahan tanpa ikatan perasaan, bukannya bakal semakin mendorong Baekhyun jauh dari kebahagiaannya? — dan lagi, ini bukan cuma tentang Baekhyun, tapi juga tentang perasaan Jongin...”
Jongin menunduk dalam
”...Jongin tau Jongin bukan siapa-siapa, Jongin juga di sini kerja sama ayah, tapi apa itu artinya kebahagiaan Jongin juga harus ditentuin?...”
”...Jongin mencintai Baekhyun tapi rasanya hampa— keadaannya terlalu sulit dan fakta bahwa Jongin cuma pelarian juga bener-bener menyakitkan...”
“Terserah, yang bisa bunda simpulkan adalah kamu mencintai Baekhyun dan soal perasaan Baekhyun hanyalah permasalahan waktu, kalian akan bahagia pada waktunya dan bunda gak akan pernah berubah pikiran, anggap hari ini kita tidak membicarakan apapun”
Sebelum kemudian berjalan cepat meninggalkan Hyunbin yang kini berdiri mendekat ke arah Jongin dan menepuk pundaknya pelan “Ayah minta maaf, biar nanti ayah coba bicara dengan bunda ya” sebelum kemudian menyusul sang istri yang sudah jauh berjalan di delan
Sementara Jongin pada akhirnya tidak sanggup, menitikkan air matanya dan menangis dalam keheningan di sana sendirian